Mayjen TNI (Purn) Valentinus Suhartono Suratman: Mengembalikan Pamor Juara

1117
Tono Suratman (paling kiri) mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kunjungan ke Pusat Olahraga Jakabaring Palembang, Sumatera Selatan.
[NN/Dok.KONI]

HIDUPKATOLIK.com – Di negara yang bhinneka, dunia olahraga harus membawa persahabatan, persatuan, dan kesatuan. Olahraga adalah perekat dan pembentuk karakter bangsa.

Dunia olahraga seperti tak pernah lepas dari kehidupan Mayjen TNI (Purn) Tono Suratman. Sejak masih aktif sebagai Prajurit Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia, pria bernama lengkap Valentinus Suhartono Suratman ini sudah akrab dengan aneka jenis olahraga. Jejak karyanya silih berganti mewarnai beberapa organisasi olahraga tanah air.

Tak hanya dalam kepengurusan, sepanjang kariernya, Tono tercatat sebagai atlet di beberapa cabang, diantaranya menembak, wushu, pencak silat. Beragam jenis olahraga masih terus digeluti di selasela menunaikan tugas pokok sebagai prajurit TNI.

Bagi Tono, disiplin dan tanggung jawab menjadi dua hal yang harus selalu ada, agar seseorang mampu berprestasi. Spirit inilah yang selalu ia bawa, saat menjadi pengurus Komite Olahraga Nasional (KONI) sampai akhirnya dipercaya menjadi pimpinan tertinggi organisasi olahraga itu. Asian Games 2018 yang akan berlangsung di Jakarta Agustus mendatang akan menjadi ajang pembuktiannya. Ia berharap atlet Indonesia akan mampu memberi yang terbaik.

Perekat Persatuan
Pengalaman sebagai seorang atlet nasional menjadi modal dasar bagi Tono dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua KONI. Dengan pengalaman sebagai atlet, ia mampu memahami sebuah organisasi olahraga harus dijalankan. Tanpa pengalaman ini, ia sadar akan susah memahami semangat yang berkobar dalam dada setiap atlet. “Bukan dipaksa karena situasi dan kondisi, tetapi harus menyiapkan diri untuk menjadi ketua umum. Modal dasar saya adalah bahwa saya salah seorang atlet nasional.”

Dalam kepengurusan KONI, Tono mengkoordinir semua cabang olahraga, baik olimpiade maupun nonolimpiade. Tugas KONI termasuk juga mengembangkan ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) agar sukses dan mampu menyumbang peran dalam pengembangan atlet Nasional. Dengan modal inilah, atlet-atlet Indonesia akan mampu berbicara dalam event internasional.

Tono sadar, KONI tidak semata olahraga. Di dalamnya ada banyak pihak yang berperan. Hal ini menuntut siapa saja yang memimpin harus mampu menjadi jembatan setiap pihak yang memiliki kepedulian dalam dunia olahraga di Indonesia. Untuk itu, ia sadar, untuk menjalankan tugas sebagai Ketua KONI, ia butuh dukungan KONI daerah.

Di Indonesia, olahraga bahkan memiliki peran besar sebagai perekat persatuan. Di negara yang bhinneka, dunia olahraga harus membawa semangat persahabatan, persatuan, dan kesatuan. “Olahraga adalah perekat dan pembentuk karakter bangsa. Olahraga adalah Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya.

Tono paham betul, Indonesia terbentuk karena keberagaman. Ia melihat, di setiap budaya di Indonesia terdapat aneka macam olahraga tradisional. Ia mencontohkan, Tari Saman dari Aceh memiliki unsur-unsur olahraga yang kental. Demikian juga dengan tradisi Pasola di Sumba, Nusa Tenggara Barat ini tidak saja sebagai sebuah kegiatan budaya namun juga olahraga. Selain itu Indonesia juga memiliki Karapan Sapi di Madura, Jawa Timur. Lompat Batu di Nias, Sumatra Utara dan lain-lain. “Olahraga tradisional ini adalah olahraga budaya yang tidak boleh hilang dan perlu terus kita lestarikan,” tandasnya.

Pamor Juara
Sejak tahun 1997, prestasi Indonesia dalam olahraga seakan “terjun bebas”. Krisis ekonomi tahun 1998 tak hanya menghajar moneter namun juga prestasi atlet-atlet Indonesia di ajang internasional.

Saat tahun 2011 Tono terpilih menjadi Ketua Umum KONI Pusat, ia sadar tugas utamanya adalah mengembalikan pamor juara atlet Indonesia. Prestasi olahraga Indonesia menjadi tujuan utama seluruh kepengurusan KONI dari pusat sampai daerah. KONI harus mampu menerjemahkan pasal 36 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional menjadi prestasi.

Bersama jajarannya, Tono berusaha melaksanakan sejumlah tugas keolahragaan nasional. Beberapa yang menjadi concern-nya adalah mengampanyekan pentingnya kesehatan dan kebugaran bagi masyarakat Indonesia. Prestasi dalam dunia olahraga akan dengan sendirinya tercapai kalau masyarakat juga memiliki kesadaran tentang pentingnya olahraga.

Tono mengungkapkan, tugas KONI mencakup beberapa bidang yang saling berkait. Misalnya penanaman nilai moral dan akhlak, mengembangkan sikap sportivitas, dan disiplin harus tetap menjadi perhatian KONI. Dengan sendirinya, KONI juga bertanggungjawab dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Ia sadar olahraga di Indonesia juga mengemban tugas memperkukuh ketahanan nasional serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan Bangsa Indonesia.

Dari Anggar
Tono mengawali perjalanan karyanya dalam dunia olahraga saat menjadi atlet anggar nasional. Meski tak begitu populer di Indonesia, namun ia justru menemukan jiwa olahraga di olah ketangkasan memainkan pedang ini. Kebanggaan menjadi seorang atlet, ungkap Tono adalah ikut mengharumkan nama bangsa.

Tahun 1986, Tono dipercaya menjadi salah satu atlet Anggar Indonesia dalam Asian Games di Korea Selatan. Sebelumnya, ia juga mewakili Angkatan Bersenjata Republik Indonesia sebagai atlet dalam cabang anggar di Kejuaraan Olahraga Militer di Belanda tahun 1982. “Pengalaman berprestasi bagi tim Merah Putih di kejuaraan multi event nasional maupun internasional menjadi sesuatu yang tak akan terlupakan,” ungkap umat Paroki St Aloysius Gonzaga, Cijantung, Jakarta Timur ini.

Meski begitu, karier utama Tono adalah mengabdi sebagai Prajurit Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia. Ia dipercaya menjadi Pangdam VI/Tanjung Pura, Kalimantan antara tahun 2008-2010. Ia juga sempat menjadi Asisten Operasi Panglima TNI tahun 2012.

Di sela-sela karier militer inilah, Tono silih berganti mengisi jabatan di beragam organisasi olahraga. Saat ini, ia dikenal sebagai purnawirawan militer sekaligus tokoh olahraga nasional. Kombinasi dua dunia inilah yang akhirnya menjadi perpaduan saat ia memimpin KONI. “Kalau dipercaya dalam tugas-tugas seperti ini. Saya tetap harus rendah hati dan punya semangat berbagi,” pungkasnya.

Mayjen TNI (Purn) Valentinus Suhartono Suratman

TTL : Makassar, 16 September 1952
Istri : Lia Suratman
Anak : Anastasia Suratman, Markus Suratman, Tara Suratman

Pendidikan : Lulusan Akademi Militer tahun 1975

Penugasan dalam Militer:
• PA Ops Den 81 Gultor Kopassus tahun 1982-1986
• Dan Grup-3 Puskidpassus tahun 1996
• Danrem 164/Wira Dharma Timor Timur tahun 1998
• Wakil Kepala Puspen TNI tahun 1999
• Staf Ahli Panglima TNI TK-III Bidang Komsos tahun 2005
• Aspam KASAD tahun 2006
• Pangdam VI/Tanjung Pura, Kalimantan tahun 2008-2010
• Asops Panglima TNI tahun 2012

Jejak Karya dalam Organisasi Olahraga:
• Ketua I PB Ikatan Pencak Silat Indonesia tahun 2007-2011
• Ketua Komite Olahraga Militer Indonesia tahun 2010
• Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) tahun 2010-2011
• Ketua KONI Pusat tahun 2011-2015 dan 2015-2019

Penghargaan:
• Warga Teladan dari Pemerintah Kota Makassar tahun 2003
• Penghargaan dari PB Pelti tahun 2007 dan 2012

Maria Dolorose/Ansel Deri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini