Lingkungan Maria Assumpta, Paroki St Bartolomeus Taman Galaxi Bekasi: Kamis Berbagi

436
Sejumlah umat Lingkungan Maria Assumpta,, usai mengemas nasi bungkus.
[HIDUP/Yanuari Marwanto]

HIDUPKATOLIK.com – Dua kali sebulan, mereka berbagi nasi bungkus dan kebutuhan pokok. Kegiatan yang bermula dari aksi puasa ini berjalan lebih dari lima tahun. Nyaris tak pernah absen.

Belasan orang berkumpul di kediaman keluarga Felicia Nora Harja di Jalan Soka Raya, Kemang Pratama 2, Bekasi. Mayoritas yang datang adalah kaum ibu. Mereka mengelilingi dua meja panjang. Di atas meja kayu itu tersaji berbagai masakan seperti nasi, telor balado, tempe bacem, sayur kacang panjang, bakso, buah pir, dan bubur kacang hijau.

Mereka bekerja secara estafet. Ada yang membungkus nasi ke dalam kertas, menyendok lauk-pauk dan sayuran, hingga memasukan makanan, buah, dan air mineral ke dalam plastik-plastik kecil berkelir putih. Ada sekitar 30 bungkus makanan dan minuman yang mereka siapkan hari itu.

Selain nasi bungkus, umat Lingkungan Maria Assumpta, Paroki St Bartolomeus Taman Galaxi Bekasi, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) itu juga mengemas aneka kebutuhan pokok ke dalam sejumlah dus. Begitu semua rampung, mereka –dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga hingga empat orang– membagikan nasi bungkus dan sembako kepada sesama yang amat membutuhkan.

Pendalaman Iman
Cikal bakal kegiatan Kamis Berbagi tercetus saat pendalaman iman Prapaskah 2007. Tema besar Aksi Puasa Pembangunan (APP) KAJ pada masa itu adalah “Bersyukurkah Kita?”. Pada pekan kedua, kenang C. Isti Maretretti, sub tema yang ditawarkan kepada umat tentang solidaritas kepada sesama. “Umat menyetujui sebagai aksi nyata puasa (ANP) adalah membagi sembako,” ungkap mantan Ketua Lingkungan Maria Assumpta itu.

Isti, sapaannya, lantas mengumpulkan informasi dari para ketua lingkungan atau koordinator wilayah untuk ANP lingkungannya. Prioritas penerima bantuan adalah umat lanjut usia dan keluarga pra sejahtera yanag memiliki balita. Mula-mula umat Lingkungan Maria Assumpta memberikan empat paket kepada umat atau keluarga setiap bulan.

Seiring waktu jumlah penerima bantuan bertambah. Hingga kini, Isti menambahkan, ada belasan paket yang mereka antar kepada umat di wilayah lain setiap bulan. Setiap paket ada 13 jenis bahan, antara lain beras, kopi, gula, teh, susu, dan camilan. Bila dirupiahkan, tiap paket berkisar Rp 200-300 ribu.

Semua bahan, Isti melanjutkan, merupakan sumbangan umat lingkung annya. Ada yang memberikan bantuan berupa natura, ada juga yang mengirim uang. Setiap jenis sumbangan, isi dan jumlah paket, serta penerima bantuan, selalu mereka laporkan kepada umat lingkungan. Langkah itu merupakan bentuk pertanggungjawaban sekaligus merawat kepercayaan umat.

Transparansi serta kontinuitas kegiatan ternyata menuai hasil positif. Banyak umat rutin menyumbang dan ambil bagian dalam kegiatan Kamis Berbagi. Sebelas tahun aksi itu berjalan dan terus berlanjut sampai sekarang. “Sangking banyak yang ingin membantu, kami membatasi sumbangan mereka. Bantuan yang akan mereka berikan, kami alokasikan untuk kegiatan (Kamis Berbagi) bulan depan,” ungkap Isti, seraya tersenyum.

Sarapan Pagi
Ketika pembagian sembako berjalan empat tahun, mereka menambah kegiatan ANP. Tema APP KAJ pada saat itu mengajak seluruh umat untuk berbagi kepada sesama. Saat pendalaman iman lingkungan, mereka merencanakan untuk memberi nasi bungkus untuk para pekerja di sekitar kompleks perumahan atau yang mereka temui secara spontan di pinggir jalan.

Rencana itu muncul karena alasan sederhana. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan mereka, para pekerja –tukang kebun dan petugas kebersihan– di kompleks Kemang Pratama jarang sarapan. Padahal mereka butuh asupan agar bekerja secara optimal dan kesehatan terjamin. Ketika kegiatan ini berkembang, tidak hanya pekerja tapi juga tukang ojek dan becak serta pengemis mendapat nasi bungkus.

Koordinasi di antara mereka berlangsung di grup WhatsApp lingkungan. Di aplikasi chatting itu, beber Maria Elvy Meiwanti, umat memberitahu makanan yang disiapkan. “Agar tak ada jenis masakan atau makanan yang sama,” ujar ketua lingkungan saat ini, menambahkan.

Mereka menyiapkan masakan atau makanan di rumah masing-masing, lalu dikemas bersama-sama. Mereka berkumpul usai mengantar anak sekolah atau pekerjaan di rumah rampung. Kegiatan tersebut berakhir sekitar pukul 11.00. Usai itu, mereka kembali menyelam dalam rutinitas harian masing-masing.

Elvy mengakui, antusias umat lingkungannya amat tinggi. Kerap terjadi, ada umat yang memesan untuk menyajikan makanan pada bulan depan. Atau, masakan yang disiapkan sekarang, merupakan pesanan umat sejak bulan lalu. Seluruh anggaran untuk itu, ujar sekretaris lingkungan, Stefania Nuvita, berasal dari kocek pribadi umat.

Semula, lanjut Novi, kegiatan ini berlangsung setiap hari. Namun karena umat memiliki aneka kegiatan dan pekerjaan, pembagian nasi bungkus diadakan hanya pada pekan kedua setiap bulan. Sedangkan setiap Kamis pekan keempat ada pembagian sembako. “Kami amat gembira jika pulang ke rumah seluruh nasi bungkus habis terbagi,” ujar Novi.

Tidak Janji
Lewat aksi Kamis Berbagi, umat Maria Assumpta membangun jembatan komunikasi antar sesama. Kegiatan ini juga membantu mereka untuk mengenal kehidupan dan perjuangan sesama yang kerap tak tampak di ruang-ruang publik. Mereka datang seakan menawarkan asa dan cinta.

Kendati kegiatan ini sudah berlangsung lebih dari lima tahun, menurut Isti, umat lingkungannya tak pernah menjanjikan kepada setiap penerima bantuan akan mendapat hal serupa pada kesempatan mendatang. Ada kalanya juga mereka tak lagi memberi bantuan karena kehidupan orang itu telah membaik. Atau, mereka sudah mandiri untuk memenuhi kebutuhannya.

Mereka juga tak memasang “bendera” ketika turun ke jalan dan membagi nasi bungkus. Dengan begitu, mereka bisa menjangkau dan diterima oleh semua orang dari berbagai macam latar belakang. Lagipula, tujuan mereka bukan untuk dikenal tapi mengasa bela rasa dan merawat kehidupan.

Yanuari Marwanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini