Misteri Kematian Yesus

637

HIDUPKATOLIK.com – Yesus wafat hari Jumat jam 3 siang dan bangkit pada hari Minggu pagi. Jadi, Yesus hanya mengalami kematian selama kurang lebih 40 jam. Bisakah kita katakan bahwa sebenarnya Yesus hanya mengalami kematian suri? Apakah kebangkitan Yesus itu seperti badan yang dire-animasi?

Yansena Mariana Ndawi, Ende, Flores

Pertama, kematian Yesus bukanlah kematian suri dan juga bukan kematian seperti yang dialami Lazarus. Sesudah didera sedemikian hebat dan menumpahkan darah sedemikian banyak, dan sesudah disalibkan di bawah terik matahari yang sangat menyengat, maka sangat masuk akal jika Yesus mengalami kematian yang sesungguhnya, bukan sekedar mati suri.

Bahwa Yesus sungguh mengalami kematian bisa juga disimpulkan dari badan Yesus yang dibangkitkan dan dimuliakan. Badan Yesus yang sudah dimuliakan tidak lagi termasuk dalam tatanan dunia ini, bukan badan fana yang dihidupkan kembali (re-animasi), seperti badan Lazarus maupun badan putri Yairus. Badan Yesus sudah tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu, dan bisa menembus dinding ruangan meskipun semua pintu terkunci (bdk. Yoh 20:19.26). Badan kebangkitan ini hanya bisa diperoleh sesudah kematian dan termasuk dalam tatanan keabadian.

Badan yang dimuliakan itu mengatasi kemampuan normal mata manusia untuk melihat. Hal ini terbukti ketika kedua murid dari Emaus itu gagal mengenali Yesus selama dalam perjalanan (Luk 24:13-35). Para murid yang lain juga gagal mengenali Yesus dengan badan yang dibangkitkan dan dimuliakan (Luk 24:36-49). Penginjil Lukas menulis bahwa mereka menyangka, mereka melihat hantu (Luk 24:37). Di laut Tiberias, dari antara tujuh orang yang berada di perahu, hanya “murid yang dikasihi Yesus” (Yoh 21:7) yang mengenali Yesus. Sifat rohani dari tatanan keabadian itu berbeda dan mengatasi dunia fisik ini. Dibutuhkan iman dan kasih, dan juga rahmat Allah yang mengobarkan hati dan membuka pikiran, agar dapat mengenali kehadiran Yesus dalam tubuh kebangkitan-Nya (Luk 24:31-32).

Kedua, memang badan kebangkitan Yesus itu masih bisa ditangkap oleh indera-indera manusia sebab Tuhan yang bangkit itu bisa dilihat, didengar, diraba dan dipeluk (Mat 28:9-10; Luk 24:24:39-40; Yoh 20:27). Yesus dikenali oleh Magdalena dari suara-Nya yang memanggil dengan namanya (Yoh 20:16). Bahkan Penginjil Lukas mengisahkan bahwa badan kebangkitan itu bisa memakan sepotong ikan goreng (Luk 24:41-43).

Ungkapan-ungkapan ini bukan hendak mengatakan bahwa badan Yesus itu kembali sama seperti badan yang dire-animasi. Ungkapan para penginjil itu hendak menegaskan bahwa badan Yesus itu, sekalipun berasal dari tatanan keabadian, adalah sungguh-sungguh badan, bukan hanya pura-pura atau tampaknya saja. Perlu diketahui bahwa ada ajaran tertentu pada zaman itu yang mengajarkan, bahwa yang dibangkitkan itu hanyalah jiwanya saja, sedangkan badannya hancur dan ditinggalkan di dunia fana ini.

Ketiga, wafat Yesus di salib disaksikan oleh serdadu yang menghendak mematahkan kakinya. Karena pengalaman para serdadu, maka profesionalitas mereka tentu sangat diandalkan. Karena itu, kematian Yesus yang sungguh tidak diragukan. Para rasul juga sangat meyakini kematian Yesus yang sungguh. Mereka kemudian memandangnya sebagai kurban pengampunan dosa (Mk 14:24; Mat 26:28, Luk 22:20; 1 Kor 11:25), atau sebagai kurban penebus dosa (1 Yoh 2:2; 4:10), persembahan dari hamba Allah (Yes 53:12). Kematian Yesus ini sesuai dengan apa yang Dia ramalkan sendiri (Mat 20:28) sebagai penebusan bagi banyak orang (Tit 2:14). Kematian adalah bukti penyerahan total Yesus kepada kehendak Bapa-Nya. Karena itu, ketaatan Yesus sampai mati di salib, menghapuskan dosa ketidaktaatan manusia pertama kepada Allah. Keyakinan Gereja awali tentang wafat Yesus yang sungguh juga dinyatakan dalam pengakuan iman. Yesus turun ke tempat penantian untuk membukakan pintu surga bagi para bangsa, yang menantikan saat penebusan (1 Ptr 3:18 dst).

RP Petrus Maria Handoko CM

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini