Suami Tidak Peduli

553

HIDUPKATOLIK.com – Saya telah menikah selama sembilan tahun, punya dua anak. Kondisi finansial keluarga saya tercukupi. Meski segala kebutuhan saya dan anak-anak tercukupi, tapi tidak dengan batin saya. Terus-terang, suami saya bukan tipe penyabar. Ia sering marah jika saya tidak bersemangat melayaninya. Hal itu disebabkan karena kadang saya kelelahan mengurus rumah dan anak, atau lagi tak enak badan. Soal itu, saya selalu jujur mengatakan kepada suami. Tapi, kesan saya dia tak peduli.

Dia memang tidak sampai melakukan kekerasan fisik. Tapi kata-katanya amat menyakitkan saya. Apakah tindakan semena-menanya itu karena saya tinggal di rumah sementara dia mencari uang untuk keluarga? Sebetulnya, jika bukan karena permintaan suami, saya masih bekerja. Saya dilematis, jika saya bekerja mungkin suami takkan semena-mena kepada saya. Tapi, jika bekerja, saya tak tega meninggalkan dua anak di rumah bersama orang lain. Lantas, apa yang harus saya lakukan?

Ananda Sherly, Surabaya

Ibu Ananda Sherly yang terkasih, terima kasih sudah berbagi pengalaman di rubrik ini. Kami juga ikut prihatin atas sikap suami yang kurang bisa mengerti perasaan ibu. Tampaknya suami lebih mementingkan kepentingan pribadi, tanpa melihat perasaan dan kondisi fisik ibu yang kelelahan mengurus rumah dan anak sepanjang hari.

Pertanyaan untuk Ibu, berapa lama ibu mengenal sifat atau watak suami? Mungkinkah Ibu mengenal watak atau sifatnya ketika menikah dan memiliki anak? Hal ini saya tanyakan karena nampaknya ibu sangat kecewa dengan sifat suami. Seandainya waktu pacaran Ibu tahu sifat suami, tentu jauh hari akan memutuskan untuk tidak menjadi istrinya.

Atau sebaliknya, memutuskan untuk menjadi istri, dengan pertimbangan resiko apa pun yang terjadi siap menghadapinya. Berbeda bila proses perkenalan dengan suami tanpa proses pacaran, atau mengenal hanya beberapa bulan kemudian menikah sehingga tidak tahu akan sifat calon suami.

Sekarang nasi sudah jadi bubur, yang terpenting, saat ini adalah bagaimana mengatasi persoalan suami yang menurut ibu tidak mau mengerti perasaan istri. Suatu hal lagi, bila ibu memutuskan untuk bekerja kembali, tampaknya juga tidak akan menyelesaikan permasalahan.

Ada beberapa cara untuk mengatasi persoalan yang Ibu hadapi, yakni, pertama, komunikasi dua pihak pada dasarnya sangat penting untuk menyelesaikan permasalahan, namun kalau hanya sepihak maka tidak akan efektif. Apalagi bila komunikasi sudah didasari emosi yang negatif atau sudah punya prasangka.

Ibu sudah berusaha untuk untuk menjelaskan, namun suami tidak peduli, sehingga komunikasi tidak berjalan secara efektif. Untuk itu, Ibu bisa mencari waktu di mana suami enak diajak bicara, sehingga bisa terjadi sharing yang efektif. Atau, kalau suami terlalu sibuk dan tidak ada waktu, Ibu bisa menggunakan handphone melalui WhatsApp atau SMS untuk mengutarakan perasaan. Kami yakin sesibuk-sibuknya suami, pasti akan sempat membaca pesan melalui telepon genggamnya.

Kedua, pengamatan terhadap perilaku suami ketika meminta “pelayanan”. Manusia sebagai mahkluk biologis dan diberi kemampuan berpikir yang lebih dibandingkan mahkluk ciptaan Tuhan lain tentunya bisa memperkirakan berapa hari suami minta “dilayani”. Dengan demikian, bila tiba saatnya Ibu harus melayani, jangan melakukan kegiatan yang melelahkan.

Ketiga, bila dari segi ekonomi tercukupi, mungkinkah untuk mengusulkan kepada suami untuk mencari asisten rumah tangga, sehingga Ibu tidak terlalu lelah untuk mengurusi rumah dan anak. Dengan demikian, Ibu bisa fokus untuk mengurusi suami dan anak.

Demikian Ibu masukkan dari saya, semoga usulan ini bisa Ibu terima. Kebahagian suami, menjadi kebahagian istri dan anak, dan kebahagian semua keluarga. Jangan lupa, senantiasa berdoa untuk memohon pencerahan dari Tuhan. Berkah dalem.

Haryo Goeritno

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini