Catholic Youth Fellowship: Mengubah Bosan Menjadi Rindu Ekaristi

644
Terbuka: Anggota CYF saat kegiatan bersama di alam bebas.
[NN/Dok.CYF]

HIDUPKATOLIK.com – Orang muda menganggap liturgi membosankan. Jadinya, mangkir Misa Minggu, bahkan memilih pergi ke gereja lain. Karena keprihatinan ini, komunitas ini terbentuk. Orang muda jadi cinta Ekaristi.

Liana Kurniawati bercerita dengan gembira tentang perubahan sikap putra bungsunya, Mathew Albert Setyawan. Bagaimana tidak, putranya itu pernah mogok ke gereja lantaran merasa bosan mengikuti perayaan Ekaristi. Bahkan, Mathew lebih senang mengikuti ibadat di Gereja Kristen Protestan. Alasannya, ada musik dan tari. Mathew menilai liturgi di Gereja Katolik datar.

Tetapi, kini Mathew justru tak ingin melewatkan Ekaristi. “Bahagia sekali rasanya, melihat anak berubah menjadi rajin ke gereja. Ya, ini merupakan buah dari aktivitasnya bersama wadah yang kami dirikan,” ujar pendiri  Catholik Youth Fellowship (CYF) ini.

Liana, termotivasi membentuk komunitas ini juga karena pendapat dan sikap putranya itu. Apalagi, ia juga melihat sejumlah orang muda juga mengalami kebosanan seperti anaknya. Kebosanan kaum muda, khususnya putranya, mendesak hati dan pikiran Liana untuk mencari cara agar orang muda mencintai Gereja. Liana lantas mengajak suaminya, Timoteus Setyawan untuk membentuk wadah bagi orang muda Katolik. Gagasannya adalah agar mereka bisa berkumpul dalam kegembiraan memuji Tuhan.

Gagasan itu lantas dikomunikasikan oleh Liana dan suaminya kepada sejumlah orangtua dan koordinator umum Kevikepan Yogyakarta, Theresia Evy. Para orangtua menanggapi positip. Maka, pada 29 Januari 2011, komunitas ini resmi terbentuk sebagai wadah bagi anak-anak dan remaja Katolik di Yogyakarta. Kegiatan komunitas ini diadakan dari rumah ke rumah anggota.

“Setiap Sabtu kedua dan keempat, anak-anak dan remaja berkumpul, berdoa, bernyanyi, menari dan memainkan alat-alat musik untuk memuji Tuhan. Dan, pada Minggu keesokan hari mereka bersama-sama mengikuti Ekaristi di gereja. Sebulan sekali mereka mengadakan kegiatan ala anak muda di gereja,” jelas umat Paroki St Maria Tak Bercela Kemetiran ini. Saat ini, lanjutnya, kegiatan berpusat di Sekretariat CYF, Jalan Abu Bakar Ali, di seberang Gereja St Antonius Kotabaru.

Kreatifitas
CYF merupakan organisasi remaja Katolik, berada dalam naungan Kevikepan Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang (KAS). Sejak 2011, komunitas ini didampingi secara khusus oleh anggota tarekat Sacerdotum a Sacro Corde Jesu (SCJ) dan para suster dari tarekat Faithful Companion of Jesus (FCJ). “Beberapa suster dan frater yang terlibat, antara lain Sr Clare FIC, Sr Rowena FIC dan Sr Mei FIC, Fr Andri SCJ yang menggantikan Fr Albertus Joni yang saat ini bertugas sebagai pastor di Lampung,” jelas Liana.

CYF juga melibatkan mahasiswa Universitas Atmajaya dan Duta Wacana. Saat ini, anggota aktif komunitas ini berjumlah 50 orang. Untuk merekrut anggota, CYF bekerja sama dengan guru agama sekolah Katolik, dan menyebarkan brosur dan poster profil komunitas di sekolah maupun gereja.

Liana menjelaskan, tujuan khsusus pembentukan CYF adalah sebagai wadah aktivitas remaja Katolik. Mereka mengembangkan bakat kreativitas dalam terang ajaran Gereja Katolik. Bertolak dari semangat belas kasih Hati Kudus Yesus dalam Ekaristi dan semangat persaudaraan yang dihayati, tarekat SCJ dan FCJ ingin menjadi bagian dari hidup anak-anak dan remaja.

Tiga prinsip
Tiga prinsip dikembangkan dalam pendampingi komunitas ini adalah Fun, Friendship and Faith. Mengapa? Pada zaman sekarang, orang muda boleh dibilang tidak akan tertarik dengan acara yang tidak menyenangkan. Jika demikian, mereka akan mencari kegiatan yang sifatnya hura-hura. Maka, kegiatan CYF dibuat agar fun atau menyenangkan. Setelah mereka berkumpul dalam suasana ini, mereka kemudian disadarkan bahwa mereka tidak sendirian. Mereka punya teman atau sahabat seiman. Dan, untuk meneguhkan mereka sebagai komunitas Katolik, maka kegiatan yang fun  dan friendship itu harus bertolak dari ajaran Gereja Katolik. Harapannya, iman bertumbuh dewasa.

Liana menceritakan, awalnya CYF hanya diperuntukkan bagi remaja SMP dan SMA. Tetapi, mereka kemudian mengajak adik dan saudara yang masih usia SD. Maka, anak-anak itu pun diterima. Namun, karena tingkat pemahaman berbeda, sementara materi yang disiapkan hanya untuk usia SMP dan SMA, maka CYF ini dibagi dalam dua kelompok: anak-anak dan remaja. “Kelompok pertama terdiri dari anak-anak SD sampai kelas 1 SMP. Kelompok kedua, kelas 2 SMP sampai 3 SMA,” jelas Liana.

Selain pertemuan Mingguan, setahun sekali CYF mengadakan kegiatan kemah rohani, ziarah ke gua Maria pada bulan Maria, kunjungan ke panti asuhan, panti jompo dan orang sakit. “Supaya anak-anak bisa mengerti keadaan masyarakat yang heterogen, serta merasakan penderitaan orang lain,” jelas Koordinator CYF, Stevanus Arianto Wibowo. Selain itu, demikian jelas Wibowo, mereka tidak hanya bergiat di dalam ruangan, tetapi juga belajar kekompakan dan kesetiaaan lewat kegiatan di alam terbuka. “Di dalam ruangan mereka berdoa. Di luar ruangan, mereka bermain, misalnya ‘estafet air’. Permainan ini selalu diakhiri dengan permenungan untuk menggali dan menghayati nilai-nilai terkait dengan Ekaristi,” jelas Stevanus.

Hieronimus Lianggi mengaku senang bertemu dengan teman seiman dalam komunitas ini. Beragam kegiatan yang ia ikuti telah membuatnya lebih bersemangat dan bergairah untuk mengikuti Ekaristi Minggu. “Awal 2013 saya bergabung dengan CYF. Saya jadi kenal banyak teman seiman. Banyak kegiatan yang menyenangkan: bernyanyi, menari dan bermusik untuk memuji Tuhan,” kata siswa kelas 3 SMA Kolese Debritto ini.

CYF diharapkan selanjutnya bisa mengantar kaum remaja menapaki peziarah hidupnya dengan penuh tanggung jawab, dan cinta Ekaristi.

Ivonne Suryanto/Norben Syukur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini