Rakornas Pesparani, Bukti Kehadiran Orang Katolik

883
Para peserta Rakornas PESPARANI/Yusti H.Wuarmanuk

HIDUPKATOLIK.COMPertama kalinya umat Katolik mendapat kesempatan untuk menggelar Pesta Padua Suara Gerejani Katolik Nasional (PESPARANI). Sejak Indonesia merdeka, orang Katolik seakan belum punya akses dan mendapat kesempatan untuk menikmati fasilitas negara. Bisa saja karena orang Katolik tidak pandai bergaul atau bisa jadi tidak ambil pusing soal hal-hal yang berkaitan dengan Gereja.Padahal di kementrian Agama, orang Katolik punya hak dan kewajiban untuk menikmati fasilitas negara sama dengan agama lain yang sudah lebih dahulu menikmatinya.

Pernyataan ini disampaikan Direktur Urusan Agama Katolik, Kementrian Agama Republik Indonesia, Sihor Petrus Simbolon dalam acara Rapat Koordinasi PESPARANI tahun 2018 di Courtyard Hotel Mariot, Nusa Dua, Bali, Sabtu, 10/03. Rapat koordinasi ini akan berlangsung selama tiga hari dari hari Sabtu-Rabu, 10-14/03.

Sihor Petrus Simbolon, Direktur Urusan Agama Katolik Kementrian Agama RI/Yusti H.Wuarmanuk

Sihor mengungkapkan lahirnya PMA nomor 35 tahun 2016 tentang Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat Katolik Indonesia tentang perlunya sebuah lembaga yang mengusung segala iven nasional dalam Gereja Katolik. Karena itu dalam kerjasama yang baik dengan beberapa lembaga khususnya Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yaitu Komisi Kerasulan Awam (Kerawam), Komisi HAK dan Komisi Liturgi yang akhirnya menghimpun dan menfasilitasi para tokoh Katolik untuk melakukan pertemuan-pertemuan di beberapa kesempatan. “Jadi dengan pertemuan ini semakin jelas bahwa orang Katolik memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan agama lain di Indonesia. Orang Katolik jangan merasa minder apalagi acuh tak acuh di negeri ini. Kita harus bergerak demi hak kita,” ungkap Sihor.

Peserta Rakornas PESPARANI di Bali /Yusti.H.Wuarmanuk

Untuk itu, Sihor berharap agar orang Katolik jangan kurang bergaul. Harus terlibat dalam semua iven nasional gerejawi dengan membawa bendera Katolik. Sebab di kalangan pemerintah orang belum punya nama bahkan orang Katolik dibeberapa kesempatan disamakan dengan Kristen. Maka hak dan kewajiban tidak diperoleh dan diambil oleh agama lain. “Pesparani itu penting agar membuka mata semua umat beragama lain bahwa Katolik itu masih ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas Sihor mengetuk palu untuk membuka secara sah pelaksanaan pertemuan tersebut.

Rakornas pertama ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan dalam menghasilkan beberapa keputusan strategis baik penyusunan program kerja Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Nasional (LP3KN). Rakornas kali ini difasilitasi oleh Kementrian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik (Dirtjen Bimas Katolik).

Para peserta Rakornas PESPARANI di Bali/Yusti H. Wuarmanuk

Rapat ini mengusung tema, “PESPARANI Katolik Tingkat Nasional Sebagai Sarana Pembangunan Masyarakat di Bidang Kehidupan Beragama Katolik.” Tema ini diperinci dalam sub tema, “Dengan Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan PESPARANI Katolik Tingkat Nasional Kita Sukseskan PESPARANI Katolik Tingkat Nasional 2018.

Hadir dalam rapat ini para Pastor Sekretaris Eksekutif KWI yang membidangi Komisi HAK, Komisi Liturgi, dan Komisi Kerawam, seluruh pengurus LP3K Pusat dan daerah, pejabat Bimas Katolik pusat dan daerah, serta panitia, dan tamu undangan lainnya. sedikitnya 230 peserta yang berpartisipasi dalam gawai akbar ini. “Pelaksanaan PESPARANi nanti menjadi ajang persaudaraan antar umat sekaligus pengungpakan iman kita kepada Tuhan,” ujar Pastor Emmanuel Do, seorang peserta dari Keuskupan Amboina.

Yusti H.Wuarmanuk (Bali)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini