Beata Karolina Kózka: “Maria Goretti” Polandia

613
Devosi Tahunan: Para peziarah mengikuti Jalan Salib di tempat pembunuhan Beata Karolina di Wal-Ruda, Polandia setiap 18 November.
[www. sanktuariumzabawa.pl]

HIDUPKATOLIK.com – Gadis ini cantik, baik, saleh, dan gemar menolong. Namun, usianya pendek karena mempertahankan mahkota kesuciannya. Ia dikenal sebagai “Maria Goretti” dari Polandia.

Situasi Polandia kacau sejak Rusia terlibat Perang Dunia I (1914-1918). Kondisi kian pelik saat tentara “negeri beruang putih” mengepung berbagai kota di negara yang sebelum Revolusi Oktober 1917 masih bagian Kekaisaran Rusia. Mereka meneror, menjarah, memperkosa, dan membunuh siapa pun yang membangkang.

Pada 18 November 1914, pasukan Rusia merangsek ke Wal-Ruda, sebuah desa di Distrik Gmina Radłów, Polandia Utara. Di wilayah itu, mereka melampiaskan kekejian seperti yang diperbuat di kota-kota lain. Nyaris tak ada satu rumah pun luput dari aksi biadab para tentara, termasuk pondok keluarga Jan Kózka.

Seorang anggota militer memaksa Jan bersama seorang anak gadisnya, Karolina Kózka meninggalkan rumah. Ia berdalih, sang komandan meminta mereka menghadapnya di posko. Ketika mereka tiba di pinggir hutan, si tentara itu meminta Jan kembali ke rumah. Sementara itu, Karolina ditahan.

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, demikian sikap Jan. Lelaki tua itu balik badan meninggalkan anak gadisnya bersama si tentara. Setelah Jan hilang dari pandangan, gelagat tentara Rusia mulai menyebalkan. Ia mulai menggoda dan nekad ingin memperkosa Karolina. Karolina berjuang sekuat tenaga untuk melawan.

Menanggapi perlawanan Karolina, si tentara kian geram. Karolina pun tak mau kalah. Ia meronta sekuat tenaga agar bisa melepaskan diri dari cengkraman lelaki bejat itu. Sadar usahanya tak membuahkan hasil, tentara itu mendadak kalap. Niat busuknya kandas. Tangannya segera menyambar bayonet dan menikam tubuh Karolina beberapa kali. Darah segar menyembur dan membasahi pakaian si gadis. Dalam kondisi terluka parah, Karolina berhasil menyelamatkan diri dari tentara mesum itu dengan masuk ke rawa.

Namun, tak lama kemudian, raganya ambruk. Ia wafat karena kehilangan banyak darah. Usianya 16 tahun. Sang pelaku melarikan diri. Jasad Karolina baru ditemukan 16 hari kemudian.

Teladan Hidup
Karolina hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Kemiskinan adalah salah satu faktor yang mengubur masa depannya. Keluarganya hidup dalam kemiskinan. Selain ibu dan ayahnya, ia hidup bersama sembilan saudara-saudarinya. Ada yang mengatakan, ia anak keempat. Sementara yang lain menyebutnya sebagai anak ketujuh atau kedelapan. Yang pasti, ia anak petani miskin.

Melihat kenyataan hidup keluarganya, Karolina tak pernah menyalahkan kondisi orangtuanya. Kehadirannya memberikan sumbangan positif bagi orang di sekitar. Sepulang sekolah, gadis kelahiran Wal- Ruda, Keuskupan Tarnów, Polandia, 2 Agustus 1898 ini bekerja di tanah pertanian milik keluarga kaya. Hasil keringatnya itu ia gunakan untuk membantu kebutuhan keluarga.

Selepas bekerja, umat Paroki Tritunggal Mahakudus Zabawa itu mengisi waktunya dengan mengajar katekismus kepada para saudara dan tetangganya, terutama anak-anak dan orang muda. Ia sering terlihat di bawah pohon peer yang tumbuh di dekat rumahnya, sedang mengajar bersama anak-anak.

Masyarakat kampungnya sangat mengapresiasi dedikasi dan kontribusi gadis berambut pirang itu. Meski masih remaja, orang-orang salut dan segan dengan teladan hidupnya. Ia dikenal sebagai gadis cantik, saleh, bersemangat, rajin, dan gemar membantu.

Keutamaan dan hidup rohani Karolina bertumbuh subur berkat peran keluarga. Penduduk setempat menyebut keluarganya sebagai ‘Gereja kecil’. Karolina lahir di tengah keluarga Katolik yang rajin dan taat dalam mengungkapkan dan mewujudkan iman. Setiap hari, orang-tuanya mendorong anak-anaknya berdoa bersama, baik saat makan malam maupun menutup hari. Dari sekian banyak doa, Karolina paling gemar Rosario. Tak pernah ia melewatkan hari tanpa bercengkerama dengan Rosario pemberian bundanya, Maria Borzecka. Perjalanan dari rumah ke gereja setiap pagi senantiasa ia manfaatkan untuk merenungkan berbagai peristiwa dalam Rosario.

Orangtuanya mendorong buah hati mereka mau membantu sesama, terutama yang kurang beruntung, sedih, dan menderita. Karolina aktif dalam kegiatan Gereja di lingkungan dan paroki. Ia membantu koster menyiapkan perayaan Ekaristi, baik alat-alat maupun buku misa. Pelayanan itu ia maknai sebagai bentuk dan ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan hidup dan kebaikan melalui kehadiran orang-orang sekitar.

Selain dari orangtua, Karolina juga mendapat banyak inspirasi dari pola hidup pamannya, Franciszek Borzecki. Keterlibatannya dalam kancah masyarakat dan Gereja tercipta berkat teladan hidup sang paman. Pelayanan itu dilakukan bukan dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan dari hari demi hari.

Cermin Kesucian
Kehadiran Karolina di tengah pelayanan tidak lama. Tetapi, perbuatan selama hidup yang pendek itu, begitu harum membekas dalam benak warga Polandia. Bahkan setelah kematiannya, banyak orang ber ziarah ke makamnya di Zabawa, sebuah desa di wilayah Gmina Wieliczka, Polandia Utara, sekitar 14 kilometer dari Kraków.

Pada Februari 1965, Uskup Tarnów, Mgr Jerzy Karol Ablewicz (1919-1990) mengajukan kesaksian hidup, berbagai keutamaan dan teladan iman Karolina kepada Takhta Suci untuk proses Penggelaran Kudus. Pelbagai penyelidikan dilakukan. Bapa Suci Yohanes Paulus II mengesahkan dekrit kemartiran Karolina dan menggelarinya Venerabilis pada 30 Juni 1986. Selang setahun, Paus asal Polandia itu membeatifikasi Karolina pada 10 Juni 1987. Misa beatifikasi digelar di Tarnów dan ia pimpin sendiri.

Sejak saat itu, devosi kepada Beata Karolina tak kunjung putus. Kisah-kisah penyembuhan berkat doa melalui perantaraannya kian banyak terdengar. Jumlah peziarah yang mengunjungi makamnya semakin banyak. Hampir setiap rumah umat Katolik di Polandia memajang foto Beata Karolina. Sejumlah gereja dan kapel di Polandia menggunakan nama Beata Karolina sebagai pelindung. Ia juga dijadikan pelindung para petani, Asosiasi Pemuda Katolik Polandia, dan kelompok karya amal yang terdiri dari sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Rzeszów, Polandia. Setiap bulan pada tanggal 18, sejumlah psikolog menghelat pelayanan sosial cuma-cuma kepada saudara-saudari yang mengalami kejadian traumatis karena kehilangan anggota keluarga akibat kecelakaan, dll.

Umat Katolik Polandia memandang Beata Karolina seperti cerminan figur St Maria Goretti (1890-1902), martir asal Italia, yang wafat karena mempertahankan kemurniannya. Kisah, gaya, keutamaan, dan akhir hidupnya yang tragis, amat mirip dengan St Maria Goretti. Tak heran, Beata Karolina disebut sebagai “Maria Goretti’ dari Polandia. Mereka berharap, Beata Karolina segera dapat dikanonisasi seperti St Maria Goretti. Gereja Katolik memperingati perawan dan martir Polandia ini setiap 18 November.

Yanuari Marwanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini