Angelus Angky Renjaan: Memilih Pendidikan daripada Camat

518
Pejabat Bupati: Angky (paling kiri) saat menjadi Pejabat Bupati Maluku Barat Daya bersama Gubernur Maluku 2008-2013 Karel Albert Ralahalu, dan anggota TNI dalam penancapan bendera Merah Putih di Pulau Terluar.
[NN/Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Ia hampir tak bisa bersekolah lantaran tak ada biaya. Ia pun masuk seminari agar mendapat pendidikan yang baik. Urung jadi imam, ia menjadi pelayan bagi masyarakat Maluku.

Angelus Angky Renjaan lahir di Desa Sathean, Kei Kecil, Maluku Tenggara. Ia lahir dan tumbuh dalam keluarga Katolik yang taat. Angky adalah anak kelima dari 12 bersaudara. Di desa yang kecil itu, Angky berjibaku dengan kehidupan yang tak mudah. Meskipun sang ayah menjabat sebagai kepala desa, penghasilannya tak cukup untuk biaya sekolah Angky. Mau tak mau, Angky harus berbagi dengan adik-adiknya. Ia pun harus berjuang agar bisa terus melanjutkan pendidikan. “Ayah lebih mendahulukan pendidikan bagi adik-adik saya,” kenang pria kelahiran 28 Oktober 1958 ini.

Pernah suatu ketika, kala duduk di bangku kelas enam sekolah dasar, sang ayah tak memiliki dana untuk Angky melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah pertama. Angky pun harus mengulang kelas enam selama satu tahun. Ia melalui pengalaman ini dengan penuh sukacita. Tak terbersit rasa kecewa dalam benak Angky, meskipun rekan-rekannya sudah naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

Suatu hari, seorang imam yang bertugas di Seminari Menengah Yudas Tadeus Langgur, Kei Kecil, Maluku Tenggara datang ke desanya. Sang imam itu menatap keinginan Angky bersekolah amat kuat. Tiba-tiba, sang imam itu memberi tawaran ke pada Angky untuk melanjutkan pendidikan ke seminari. Gayung pun bersambut. Angky menerima tawaran itu dengan penuh gembira. “Saya ditawari menjadi pastor. Dengan mantap, saya jawab: iya!” tutur Angky mengudar kenangan.

Angky ditempa dalam pendidikan untuk calon imam di Seminari Menengah Yudas Tadeus Langgur. Keinginan menjadi seorang imam semakin terpatri kuat dalam lubuk hatinya. Sampai kemudian, ketika ia menyelesaikan pendidikan SMP, sang ayah memintanya pulang kampung. Angky bimbang. Ia ingin melanjutkan pendidikan sebagai calon imam, namun ia juga tak mau mengecewakan sang ayah. Akhirnya, Angky memutuskan untuk mengikuti keinginan sang ayah. Dengan berat hati, Angky pulang dan mengubur mimpi menjadi imam. Ia melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Tual, Maluku Tenggara.

Memilih sekolah
Setelah menamatkan SMA, Angky mengikuti tes masuk Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Kota Ambon. Ia lulus tes. “Puji Tuhan! Dengan segala keterbatasan, saya bisa melewati ujian,” ujarnya.

Pada 1982, Angky mulai meniti karir pemerintahan sebagai ajudan Wakil Gubernur Maluku. Selang tiga tahun, ia di pindahkan ke kantor Kabupaten Seram Bagian Barat. Tak lama kemudian, satu kesempatan menghampirinya. Ia mendapat tawaran menlanjutkan kuliah di IPDN Jakarta. Angky segera menangkap kesempatan itu. Ia pun hijrah ke Jakar ta dan kembali mengenyam dunia pendidikan.

Sepulang kuliah di Jakarta, Angky langsung dipercaya menjadi Kepala Sub- Bagian Pemerintahan Kota Ambon. Selang beberapa tahun, dua tawaran sekaligus mendatanginya. Melanjutkan pendidikan di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta atau ditempatkan sebagai seorang camat. Angky berada dalam dua pilihan sulit. Setelah menimbang, Angky memilih melanjutkan belajar di Jakarta. “Saat itu, teman-teman lain memilih karir menjadi camat. Tapi, saya memilih melanjutkan sekolah,” ujar ayah dari tiga orang anak ini.

Karir Angky justru kian menanjak, setelah lulus dari Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. Ia diangkat Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Maluku. Empat tahun kemudian, suami dari Erny Ubyaan ini ditugaskan menjadi Kepala Inspektorat Provinsi Maluku. Puncak karir Angky terjadi pada 2009. Kala itu, ia ditunjuk sebagai Penjabat Bupati Maluku Barat Daya. Kabupaten ini merupakan pemekaran wilayah dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Ia disebut Pejabat Bupati, lantaran tidak me lalui proses Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada). Selama kurang lebih dua tahun, Angky mempersiapkan wilayah ini menjadi sebuah kabupaten yang mandiri, memiliki pemerintahan yang siap melayani masyarakat.

Pada 2011, Angki melepas jabatan sebagai Pejabat Bupati Maluku Barat Daya. Kini, ia dipercaya menjadi Asisten 1 Bidang Pemerintahan Sekretaris Daerah Provinsi Maluku. “Perjalanan hidup saya ini, karena berkat Tuhan. Pingsan karena lapar, tidak bisa bersekolah, dan tak bisa membeli makan: semua itu karena Tuhan!” tandas umat Paroki St Yohanes Maria Vianney Halong, Keuskupan Amboina ini.

Awan terang
Selain menjabat sebagai Asisten 1 Bidang Pemerintahan Sekretaris Dae rah Provinsi Maluku, Angky juga me nye diakan diri melayani menjadi Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik (LP3K) Keuskupan Amboina. Pesparani merupakan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik. Kompetisi paduan suara ini telah digelar tiga kali; Pesparani I 2009 di gelar di Langgur, Pesparani II 2011 diadakan di Saumlaki, dan Pesparani III digelar di Dobo. Selama ini, Pesparani hanya digelar di wilayah Keuskupan Amboina.

Angky baru terlibat pada penyele nggaraan Pesparani II. “Saat itu, saya buta sama sekali tentang Pesparani. Tapi, saya sudah langsung diberi surat kerja dan harus mengurus Pesparani II,” kisahnya. Kini, Angky diberi mandat agar Pesparani dapat diadakan hingga tingkat nasional. Untuk itu, ia sudah mulai sibuk berkoordinasi dengan beberapa pihak, seperti Keuskupan Amboina, Pemerintah Provinsi Maluku, Kementerian Agama RI, dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Angky mengatakan, kunci utama perjalanan karirnya adalah kerelaan berkorban dan ketekunan menjalin relasi dengan beragam pihak. “Hidup ini tak bisa sendiri, tapi butuh bantuan orang lain. Dan percayalah, masalah yang datang seperti awan gelap pasti akan sirna dan menjadi yang awan terang.”

Angelus Angky Renjaan
TTL : Maluku Tenggara, 28 Oktober 1958
Istri : Erny Ubyaan
Anak : Daniel Alexander Renjaan, Samuel Renjaan, dan Maria Renjaan

Pendidikan:
• Seminari Menengah Yudas Tadeus Langgur, Maluku Tenggara
• SMAN 1 Tual, Maluku Tenggara
• Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kota Ambon
• Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jakarta
• Universitas Negeri Jakarta

Pekerjaan:
• Kepala Biro Pemerintahan Provinsi Maluku (2004-2008)
• Kepala Inspektorat Provinsi Maluku (2008-2009)
• Penjabat Bupati Maluku Barat Daya (2009-2011)
• Asisten 1 Bidang Pemerintahan Sekretaris Daerah Provinsi Maluku (2011-sekarang)
• Ketua Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Keuskupan Amboina Provinsi Maluku (2011-sekarang)

Aprianita Ganadi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini