HIDUPKATOLIK.com – Dalam Doa Syukur Agung (DSA), siapa yang dimaksud dengan “semua orang lain yang hidupnya berkenan pada-Mu” (DSA III), “semua yang mencari Engkau dengan tulus hati” (DSA IV) dan juga “semua orang yang meninggal, hanya Engkaulah yang mengenal iman mereka” (DSA IV)? Dengan mendoakan mereka dalam perayaan Ekaristi, apakah berarti mereka ini sudah diselamatkan?
Yuliana Lili, Malang
Pertama, dengan merayakan Ekaristi, Gereja mengenangkan Paskah Kristus; misteri salib, wafat, dan kebangkitan Kristus dihadirkan kembali dalam perayaan itu. Kurban Kristus yang dilakukan satu kali untuk selamanya di Kalvari itu dihadirkan kembali pada masa kini dan dibuat hadir secara nyata. Dengan dihadirkan kembali (bdk. Ibr 7:25-27), buah-buah misteri salib Kristus bisa diterapkan (Lat: applicatio) kepada mereka yang hadir atau sesuai dengan intensi perayaan itu, sehingga buah-buah rahmat itu berhasil guna (bdk. KGK 1366).
Dalam DSA, Gereja secara khusus menerapkan rahmat Kristus itu untuk keselamatan dunia. Perayaan Ekaristi adalah saluran utama memperoleh penebusan bagi setiap generasi. Universalitas keselamatan ini ditemukan dalam DSA yang berdoa pertama bagi mereka yang masih hidup, “Ya Bapa, semoga berkat kurban yang mendamaikan ini, damai sejahtera dan keselamatan semakin dirasakan di seluruh dunia,” dan kemudian bagi mereka yang sudah meninggal, “Terimalah dengan rela ke dalam kerajaan- Mu: saudara-saudari kami dan semua orang yang berkenan pada-Mu, yang telah beralih dari dunia ini” atau pada Ekaristi arwah “semua yang telah berpulang ke hadirat-Mu: saudara-saudari kami seiman, dan semua orang lain yang hidupnya berkenan pada-Mu” (DSA III). Rujukan kepada orang hidup dan orang yang sudah wafat bisa ditemukan juga dalam DSA IV. Baik yang hidup dan yang sudah meninggal dunia, masing-masing dibedakan menjadi dua, yaitu umat Kristen dan mereka yang non-Kristen.
Kedua, butir-butir pertanyaan tadi adalah ungkapan yang digunakan untuk merujuk mereka yang non-Kristen. Kelompok ini mencakup mereka yang belum beriman kepada Kristus dan belum menerima Sakramen Baptis. Non-Kristen yang masih hidup dirujuk dengan “semua anak-Mu di manapun mereka berada” (DSA III) dan “semua yang mencari Engkau dengan tulus hati” (DSA IV). Sedangkan non-Kristen yang sudah meninggal dunia dirujuk dengan “semua orang yang berkenan pada-Mu” atau “semua orang lain yang hidupnya berkenan pada-Mu” (DSA III) dan “semua orang meninggal; hanyalah Engkau yang mengenal iman mereka” (DSA IV).
Mendoakan mereka yang non-Kristen dalam perayaan Ekaristi adalah tugas imami Gereja sebagai sakramen keselamatan universal. Gereja harus memainkan peran instrumental dalam karya tersembunyi Roh Kudus bagi keselamatan mereka yang belum mengenal dan menerima Kristus.
Ketiga, yang dirujuk sebagai umat non-Kristen ialah mereka yang tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja-Nya, sehingga tidak mengakui iman Kristen dan belum menerima Sakramen Baptis. Konsili Vatikan II mengajarkan, “mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan.” Inilah sumber inspirasi ungkapan-ungkapan DSA tersebut.
Semua manusia ciptaan Allah, maka semua manusia adalah anak Bapa, “di manapun mereka berada.” Mereka yang sudah mencari Allah “dengan tulus hati”, tapi belum mengenal Kristus dan Gereja-Nya bukan karena kesalahan mereka. Jika mereka melakukan kehendak Allah, maka mereka “berkenan pada-Nya.” Banyak di antara mereka tidak kita kenali, tetapi Allah melihat yang tersembunyi, “mengenali iman mereka.” Dalam Ekaristi, Gereja mendoakan kepenuhan keselamatan mereka.
Petrus Maria Handoko CM