Saya Benci Menjadi Seorang Guru – Bagian III

260
Br. Dieng SJ bersama siswa SMA Adhi Luhur, Nabire saat acara festival budaya, bersamaan dengan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2017 yang lalu

HIDUPKATOLIK.COMPanggilan Menjadi Seorang Guru (bagian III, oleh bruder A. Dieng Karnedi, SJ, SS, S.Pd)

Saya tidak pernah berpikir atau menginginkan untuk menjadi seorang guru. Namun, perjalanan panggilan saya justru berkata sebaliknya. Sejak tahun 2002, saat saya menjadi seorang bruder Jesuit, saya telah “digembleng dan disiapkan” untuk menjadi seorang guru.

Saat di Novisiat St. Stanislaus Girisonta, setiap hari Senin, saya bersama teman-teman frater harus ke stasi-stasi dan mengajar agama kepada anak-anak, remaja, bahkan kepada orangtua. Usai menjalankan masa Juniorat—studi bahasa dan humaniora—dan studi teologi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta, saya benar-benar menjadi seorang guru di Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah. Di tempat itu, saya mengajar Kitab Suci untuk para seminaris tahun pertama.

Perjalanan saya menjadi seorang guru berlanjut pada saat saya bertugas di Paroki St. Yohanes Pemandi Waghete, Papua dari tahun 2010-2013. Di tempat itu, saya bukan hanya mengajar TK tetapi juga anak-anak SD, SMP bahkan para orangtua.

Saat saya mengajar, saya berpikir bahwa sebenarnya saya perlu bekal khusus, agar saya sungguh-sungguh menjadi seorang guru dengan latar belakang pendidikan yang tepat. Persoalan itu pun terjawab ketika saya mendapat tugas perutusan untuk berkuliah di Pendidikan Biologi Sanata Dharma tahun 2013-2017.

Dengan gelar sarjana pendidikan, saya semakin percaya diri dengan tugas perutusan saya sebagai seorang guru. Kini saya semakin siap untuk menjadi seorang guru!

Dari rangkaian kisah yang saya alami ini, saya akhirnya memahami bahwa saya menjadi seorang guru bukanlah hal yang kebetulan. Tanpa saya sadari, saya telah disiapkan untuk menjadi guru tersebut. Lantas, apakah mungkin saya harus membenci panggilan saya menjadi guru? Tentu tidak!

(bersambung ke bagian ke IV)

Baca juga bagian sebelumnya:

(A.Bilandoro)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini