Berdoa Mantra Tradisi Padang Gurun

2814
Retret: Kelompok Meditasi Kristiani KAJ saat retret di Cikreteg, Sukabumi, pada 2014.
[HIDUP/Yustinus Hendro Wuarmanuk]

HIDUPKATOLIK.com – Umat Kristiani mengenal banyak cara berdoa. Salah satunya dengan bermeditasi: duduk, sambil mengucap “mantra”, menciptakan keheningan.

Pagi itu matahari baru beranjak naik di ufuk timur. Sejumlah orang muda dan orang tua mulai berdatangan, berkumpul di Ruang Adorasi Gereja St Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara. Mereka tergabung dalam komunitas Meditasi Kristiani. Sebelum mulai doa meditasi, mereka mengatur tempat duduk agar mendapatkan suasana rileks.

Kemudian, mereka duduk bersila dengan punggung tegak, dan perlahan-lahan menutup mata. Terdengar, suara pemandu memberikan arahan agar para anggota mengucapkan kata-kata doa dalam hati: “Ma-ra-na-ta”. Ia meminta agar kata-kata itu didengarkan sewaktu mereka mengucapkan dan menghimbau untuk tidak berpikir atau membayangkan apapun. “Jika pikiran atau imajinasi muncul, anggap itu sebagai gangguan. Kembalilah mengucapkan kata-kata itu dengan setia sampai akhir doa. Bermeditasilah setiap pagi dan petang selama dua puluh sampai tiga puluh menit,” ujar pemandu doa saat memulai meditasi.

Untuk menambah suasana khusyuk, komunitas ini menyalakan lilin dan memasang gambar Yesus di tengah-tengah mereka. Sebagai pelengkap meditasi, mereka menggunakan buku rohani Weekly Teaching. Beberapa saat kemudian, terdengar alunan musik bernuansa alam, gemericik air dan kicauan burung, mengantar mereka masuk ke dalam meditasi. Hampir 30 menit mereka duduk dan hening. Di akhir doa, mereka membuka mata dan berbagi pengalaman meditasi.

Tradisi Para Pertapa
Kata-kata yang diucapkan pemandu meditasi sewaktu memulai doa tersebut, adalah pesan dari Pater John Main OSB, yang memperkenalkan kembali meditasi dalam tradisi kristiani. Tradisi ini telah dimulai oleh para petapa padang gurun pada abad keempat.

Pater John Main lahir di London pada 1926, dan wafat di Kanada pada 1982. Karyanya dilanjutkan oleh muridnya, Pater Laurence Freeman OSB. Melihat minat para meditator dan perkembangan kelompok Meditasi Kristiani di banyak negara, pada 1991 mereka membentuk “The World Community for Christian Meditation,” atau Komunitas Mondial Meditasi Kristiani untuk menyebarluaskan ajaran Pater Main.

Pada awal 2003, Meditasi Kristiani mulai diperkenalkan di Indonesia saat Pater Freeman dan tim dari Singapura datang ke Jakarta. Seusai kunjungan Pater Freeman, kelompok Meditasi Kristiani dibentuk di Jakarta. Seiring waktu, komunitas ini melebarkan sayap ke sejumlah keuskupan di Indonesia. Kini terdapat lebih dari 100 kelompok Meditasi Kristiani yang tersebar di 21 keuskupan, termasuk di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ).

Di KAJ, selain di St Yakobus Kelapa Gading, Paroki St Monika Serpong Tangerang Selatan juga giat mengadakan meditasi ini. Bahkan, di paroki tersebut sudah dibuat jadwal meditasi bagi umat, yakni Selasa pukul 06.30-07.30 untuk para lanjut usia (Lansia) dan pada Jumat-Minggu dijadwalkan untuk orang dewasa.

Datanglah Tuhan
Komunitas Meditasi Kristiani menghayati meditasi sebagai doa. Para pertapa padang gurun menyebut meditasi sebagai “doa murni” atau doa dengan mengabaikan pikiran. Meditasi dilakukan dengan sederhana. Saat bermeditasi semuanya dilepaskan: kata-kata, pikiran, imajinasi maupun perasaan dan doa bergerak dari kepala menuju hati. Semua itu dilakukan dengan cara diam dan hening. Hal ini berbeda ketika orang mengadakan doa mental di mana seseorang berpikir (merenung) dengan menggunakan imajinasi atau berbicara kepada Tuhan dengan menggunakan kata-kata berupa permohonan, syukur dan sebagainya.

Menurut pengalaman salah satu penggagas Meditasi Kristiani KAJ yang tidak mau disebutkan namanya, dalam bermeditasi mereka mengucapkan sebuah kata. Kata tersebut merupakan doa atau “mantra”. Kata itu diucapkan dalam hati secara perlahan dan terus-menerus. “Kita terus memusatkan perhatian dengan mengucapkan kata-kata itu dari awal sampai akhir meditasi,” jelasnya.

Ia juga mengatakan bahwa kata yang diucapkan itu lama-kelamaan akan berakar dalam hati dan dapat menjiwai hidup dan pikiran seorang meditator. Ada berbagai kata yang sering diucapkan saat bermeditasi, antara lain Yesus dan Abba.

Meskipun banyak kata pilihan yang bisa diucapkan saat bermeditasi, namun kata yang dianjurkan oleh Pater Main adalah Maranata yang diucapkan dengan empat suku kata Ma-ra-na-ta. Kata ini adalah doa kristiani paling kuno yang berasal dari bahasa Aram yang berarti Datanglah Tuhan.

Koordinator nasional Meditasi Kristiani, Maria Florentina Kindawati Sumantri mengatakan bahwa Meditasi Kristiani tidak dimaksudkan untuk menggantikan doa-doa lain, melainkan justru membantu memperdalam penghayatan doa, sakramen dan kitab suci. “Meditasi Kristiani bukanlah satu-satunya bentuk doa bagi umat, tetapi banyak orang mengakui bahwa doa ini adalah salah satu doa yang paling sederhana,” tandasnya.

Umat paroki Mangga Besar, Jakarta Barat ini juga menjelaskan bahwa meditasi tidak membutuhkan waktu lama, cukup 20-30 menit untuk hening di hadapan Tuhan. Dalam doa hening tidak diperlukan apapun selain ruangan yang kondusif dan alat pengatur waktu untuk menentukan dimulai dan berakhirnya doa. Meditasi dapat dilakukan dengan duduk bersila atau duduk di kursi. Satu hal penting adalah duduk dengan punggung tegak. Selanjutnya, memejamkan mata dan mulai mengucapkan “mantra”.

Kekuatan Keheningan
Komunitas Meditasi Kristiani di KAJ mengadakan pertemuan rutin setiap minggu. Dalam pertemuan itu, selain bermeditasi, mereka juga berbagi pengalaman meditasi dan saling meneguhkan. Mereka juga mengadakan rekoleksi, retret dan lokakarya untuk memperdalam pemahaman mengenai meditasi. Pada April 2013, kelompok Meditasi Kristiani KAJ mengadakan retret selama dua hari di Pondok Anugerah Remaja Gunung Geulis Bogor, Jawa Barat. Mereka didampingi oleh pembimbing rohani Meditasi Kristiani Romo Vincentius Watun OMI. Dan pada April 2014, mereka retret di Cikreteg, Sukabumi, Jawa Barat dengan tema Pelita Batin.

Sebagai sarana penunjang bermeditasi, anggota menggunakan buku karya Pater Main, Pater Freeman dan Pater Gerry Pierse CSsR. Seorang anggota komunitas ini mengungkapkan bahwa tujuan meditasi bukan untuk mendapatkan apa yang diinginkan, melainkan untuk melepaskan segala bentuk kemelekatan.

Moderator Nasional Meditasi Kristiani saat ini diampu oleh Romo Tan Thian Sing MSF. Di tengah hiruk pikuk modernisasi yang membuat kebanyakan orang lebih sibuk mencari keramaian, komunitas ini menawarkan cara untuk menemukan Allah dalam keheningan. Mereka berkeyakinan, dalam keheningan manusia dapat berjumpa dengan Allah.

Yustinus H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini