Pelantikan Kardinal Baru, Pembaruan Kuria Roma

509
Konsistori: Paus Fransiskus memimpin upacara Konsistori yang melantik 20 kardinal baru.
[L’Osservatore Romano]

HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransiskus melantik 19 kardinal baru yang berasal dari 14 negara dalam konsistori. Satu kardinal akan dilantik di Columbia. Pembaruan kuria Romo juga mendapat bahasan serius dalam konsistori kali ini.

Pada Angelus hari Minggu pertama 2015, Paus Fransiskus mengumumkan 20 nama kardinal baru. Waktu itu ia menyebut nama masing- masing kardinal dan mengumumkan pelantikan mereka dalam konsistori. Usai pengumuman itu, Paus melayangkan surat pribadi kepada tiap kardinal baru, yang isinya mengajak mereka untuk menerima panggilan itu sebagai pelayanan. Paus kemudian menutup suratnya dengan menulis: “Arrivederci dunque al 14 febbraio”, Sampai jumpa pada 14 Februari.

Akhirnya waktu itu pun tiba. Konsistori resmi dibuka pada Kamis, 12/2. Konsistori dibagi menjadi dua bagian yakni Konsistori Kolegium para Kardinal dan Konsistori Umum Biasa. Dalam Konsistori Kolegium para Kardinal, para kardinal membahas Konstitusi Apostolik demi Pembaruan Kuria Roma. Sementara pada Konsistori Umum Biasa mereka berkumpul untuk mengangkat dan bersyukur atas 20 kardinal baru.

Duduk Bersama
Paus Fransiskus membuka Concistoro Collegio Cardinalizo – Konsistori Kolegium para Kardinal – dengan mengutip Mazmur 133: “Alangkah baiknya dan indahnya saudara-saudara diam bersama dan rukun”. Dengan kutipan ini, ia mengajak 164 kardinal yang hadir untuk bersyukur pada Tuhan yang telah mengumpulkan mereka dan telah menghadiahkan 20 kardinal baru pada Gereja. Paus menyapa para kardinal sebagai saudara-saudara yang berkumpul untuk duduk bersama. Ini sejalan dengan makna konsistori, consistorium, yakni duduk bersama pada sebuah pertemuan resmi yang dijalankan dengan semangat kolegialitas.

Paus mengawali dengan berterima kasih kepada semua pihak yang telah mempersiapkan peristiwa iman ini sehingga “sintese kerja” untuk menyiap kan sebuah “Konstitusi Apostolik untuk Pembaruan Kuria” dapat dipresentasikan. Dalam duduk bersama ini Paus dan para kardinal mengembangkan harmoni yang makin serasi dalam kerja berbagai depar temen dan komisi. Sasarannya agar terwujud sebuah kerja sama dalam keterbukaan yang membangun ke-sinode-an dan kolegialitas.

Bapa Suci mengingatkan bahwa pembaruan yang dimaksud bukan merupakan tujuan pada dirinya sendiri, tetapi merupakan sarana “untuk memberikan sebuah kesaksian Kristen yang tangguh, untuk mengembangkan evangelisasi yang lebih berdaya, mengembangkan semangat ekumenisme yang lebih subur, dan memberanikan dialog lebih konstruktif dengan semua,” ungkapnya di Ruang Sinode Vatikan, Kamis, 12/2.

Pembaruan ini sudah digagas Congregazioni Generali, sebelum Konklaf 2013. Saat itu diserukan agar makin menyempurnakan identitas Kuria Roma supaya membantu Penerus Petrus dalam menjalankan tugas pastoralnya demi kebaikan dan pelayanan Gereja semesta dan Gereja-gereja setempat.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua hari pertama ini, beberapa kardinal tampil mempresentasikan sejumlah tema seperti relasi Vatikan dan Gereja Lokal, kaum awam, keluarga, keadilan, dan perdamaian.

Relasi antara Vatikan dan Gereja setempat merupakan salah satu tema penting dalam pembaruan ini. Bahwa relasi antara Vatikan dan Gereja Lokal perlu disederhanakan agar semakin sesuai dengan kebutuhan Gereja zaman ini. Orang-orang yang dipercaya untuk berkarya di Kuria pun tak luput dari pembahasan. Ditegaskan agar mereka merupakan pribadi-pribadi yang kompeten, bersemangat dalam menggereja, berjiwa rohani, dan berdedikasi. “Mereka mesti berasal dari berbagai bagian Gereja di dunia agar mencerminkan kekayaan dan keragaman Gereja semesta,” urai juru bicara Vatikan, Romo Federico Lombardi di ruang pers Vatikan, Jumat, 13/2.

Di hari kedua konsistori, para kardinal memulai dengan pembahasan seputar pembaruan ekonomi. Prefek Sekretariat Ekonomi Vatikan, Kardinal George Pell mempresentasikan perihal keuangan Vatikan. Sementara sore harinya dilakukan presentasi mengenai kerja Komisi Kepausan untuk Perlindungan Anak-anak di bawah umur yang dilakukan oleh Kardinal Patrick O’Malley.

Dalam Konsistori Kolegium para Kardinal ini, setiap kardinal berhak mengajukan pertayaan. Dengan ini, Paus dapat memperoleh refleksi dan konsultasi lebih luas mengenai berbagai tema. Selain itu, sesama kardinal pun bisa mendapat berbagai informasi dan memberikan tanggapan. “Itu berarti para kardinal berpartisipasi dalam perjalanan refleksi bersama ini,” kata Romo Lombardi menandaskan.

Kardinal Baru
Setelah melewati dua hari presentasi dan diskusi, kini sampailah pada bagian kedua, Konsistori Umum Biasa yaitu pelantikan 19 kardinal, Sabtu, 14/2. Uskup Agung emeritus Manizales di Colombia, Mgr José de Jesús Pimiento Rodríguez tidak hadir karena alasan usia lanjut. Ia akan menerima pengangkatan sebagai kardinal di Colombia.

Tepat pukul 11.00 waktu Vatikan, para kardinal baru, dengan pakaian merah darah, memenuhi bagian dalam Basilika Santo Petrus. Mereka menempati tempat duduk baris pertama dari depan altar utama. Di belakang mereka, lebih dari 100 kardinal menyertai. Paus emeritus Benediktus XVI turut hadir, duduk di baris awal. Sementara itu, di samping kiri-kanan altar bernuansa internasional. Sanak keluarga para kardinal baru yang berasal dari 14 negara yang berbeda mengenakan pakaian khas negara mereka masing-masing.

Usai Paus membuka ibadat pelantikan dengan tanda salib, Kardinal Dominique Mamberti, mewakili para kardinal baru, menyampaikan salam hormat kepada Bapa Suci. Ia mengutip isi surat Paus kepada para kardinal baru yang mengingatkan bahwa mereka dipanggil untuk sebuah pelayanan baru. Mereka diajak untuk membaktikan waktu dan dukungan secara amat dekat pada Paus demi kebaikan Gereja. “Kami bahagia sebab Paus telah memilih kami dari setiap bagian dunia untuk berbagi secara khusus pelayanan Anda,” ungkap Uskup Agung tituler Sagona ini.

Menjadi seorang kardinal berarti masuk menjadi bagian dalam Collegio Cardinalizio, Kolegium para Kardinal. Itu memasukkan mereka secara khusus dalam sejarah dan hidup Gereja Roma yang seturut ungkapan Santo Ignatius dari Antiokhia: menjadi ujung tombak dalam kasih, “presiede nella carità”. Menjadi bagian dari Gereja Roma berarti melayani Gereja universal, sebuah comunio yang diresapi oleh kasih Kristus sendiri. Kebesaran hati dalam pelayanan mereka terungkap dengan pakaian warna porpora, merah-darah. “Pakaian porpora itu sendiri pertama-tama mengingatkan mereka bahwa Tuhan meminta mereka untuk membagikan kasihNya kepada segenap manusia; kasih yang dalam ketaatan-Nya kepada Bapa memampukan-Nya rela menyerahkan diri-Nya sampai mati di salib,” tandas Kardinal Mamberti.

Usai pembacaan Kidung Kasih dari Korintus 12, Paus Fransiskus menyampaikan khotbah. Ia menegaskan bahwa kekardinalan merupakan sebuah martabat, namun bukan sebuah gelar kehormatan. Nama kardinal, cardine, berarti “as” atau poros. Itu menunjuk sebuah titik tumpu dan titik gerak untuk hidup bersama. Nama itu bukan merupakan sebuah hiasan, dekorasi, atau gelar kehormatan. “Anda sekalian merupakan cardini dan Anda terinkardinasi dalam Gereja Roma yang menjadi ujung tombak kesatuan universal dalam kasih,” kata Paus.

Mengawali pelantikan, Paus berkata dari depan altar utama kepada ribuan umat, para kardinal, dan puluhan uskup bahwa para kardinal baru menjadi bagian Colegium para Kardinal. Mereka bersatu dengan Takhta Petrus dengan lebih erat agar mereka menjadi anggota Klerus Roma dan bekerja sama demi pelayanan apostolik secara lebih intensif. Dengan ditandai pakaian berwarna merah-darah, mereka menjadi saksi Kristus dan Injil- Nya tanpa kenal takut, baik di Kota Roma maupun di daerah-daerah lebih jauh.

Selanjutnya Paus Fransiskus mengucapkan rumus pengangkatan kardinal. “Dengan kuasa Allah mahakuasa, dengan kuasa Santo Petrus dan Paulus, serta kuasa kita, kita angkat dan kita nyatakan secara meriah sebagai Kardinal-kardinal Gereja Katolik Kudus para Saudara kita berikut ini…” Seterusnya ia menyebut nama para kardinal baru, bermula dari Dominique Mamberti hingga Júlio Duarte Langa.

Kemudian Paus meminta para kardinal baru mengucapkan Credo, Aku Percaya. Sesudahnya, mereka mengucapkan janji kesetiaan seumur hidup kepada Kristus dan Injil-Nya dan terus-menerus akan taat kepada Gereja Kudus, kepada Paus Fransiskus dan penggantinya. Janji ini juga mencakup kesetiaan untuk menjaga keutuhan Gereja Katolik, menjaga rahasia-rahasia yang dipercayakan kepada mereka, serta menjalankan tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka.

Lalu sampailah pada penyerahan baret dan cincin kekardinalan. Sebelum menyerahkan baret merah-darah, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kedua nya merupakan tanda martabat kekardinalan. Artinya mereka harus siap ber tindak dengan sekuat tenaga hingga menumpah kan darah demi perkembangan iman Kristen, demi perdamaian dan ketenangan umat Allah dan demi kebebasan serta perkembangan Gereja Katolik Roma.

Para kardinal baru maju ke depan altar satu per satu. Setelah menerima solideo berwarna merah-darah dari seorang pembantu Paus, setiap kardinal berlutut dan menerima baret merah-darah dari tangan Paus Fransiskus. Cincin kekardinalan juga disematkan Bapa Suci ke jari masing-masing kardinal. Saat mengenakan cincin, Paus mengatakan: “Terimalah cincin dari tangan Petrus dan ketahuilah bahwa kasihmu pada Gereja dikuatkan oleh kasih Rasul Utama dari antara para rasul.” Selanjutnya, Bapa Suci membacakan gelar sebuah Gereja di Roma kepada masing-masing kardinal. Ini melambangkan partisipasi mereka pada pengembalaan Paus di Kota Roma. Mereka kemudian menerima satu gulung pergamen berisi dokumen pengangkatan sebagai kardinal. Paus dan setiap kardinal baru saling berbagi peluk persaudaraan.

Usai pelantikan para kardinal baru, Paus Fransikus mengkanonisasi tiga beata menjadi santa yaitu Giovanna Emilia De Villeneuve, Maria Di Gesù Crocifisso yang sebelumnya dipanggil Maria Baouardy dan Maria Alfonsina Danil Ghattas. Giovanna Emilia De Villeneuve adalah Pendiri Kongregasi para Suster Immacolata Concezione di Castres.

Sehari kemudian, Minggu, 15/2, Paus Fransiskus memimpin Misa Syukur bersama para kardinal baru dan Kolegium para Kardinal di basilika yang sama.

Yohanes Risdiyanto MSF, dari Roma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini