Mertua Suka Mengejek

636

HIDUPKATOLIK.com – Bapak George yang baik, saat ini saya sedang hamil besar. Pernikahan saya dan suami sudah dua tahun. Saya tinggal bersama mertua dengan temperamen aneh. Kadang marah-marah, manis, memuji, dan mengata-ngatai saya. Mertua juga suka mengejek kehamilan saya. Berat badan saya melonjak naik, itu juga disindir mertua. Nama anak saya dibuat sejelek mungkin lalu dia tertawa. Aneh pokoknya.

Sedihnya lagi, suami melihat dan mendengar saya diperlakukan seperti itu oleh orangtuanya malah tertawa. Saya sempat mengatakan ketaksukaan saya kepada sikapnya itu, tapi besok terulang lagi. Saya marah, kecewa, dan sedih atas perlakuan seperti itu. Apa yang harus saya perbuat?

Marchella Elverina, Jakarta

Saya mengucapkan selamat kepada Bu Marcella, yang sedang menjalankan tugas maternal dan mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan seorang manusia baru. Anda sedang mengalami perubahan, dengan kehamilan yang sedang dijalani, apalagi tampaknya sudah memasuki trimester ketiga, maka kondisi emosional menjadi agak sensitif, karena pengaruh perubahan tubuh dan hormonal.

Ada kemungkinan, perasaan Anda sedang sensitif, sehingga agak mudah tersinggung, mudah cemas, atau merasa tak nyaman. Berdasarkan gambaran yang Anda berikan, tampaknya mertua Anda mempunyai emosi yang tak stabil. Orang yang berkepribadian seperti ini, memang mudah berubah emosi atau mood-nya dan kontrol emosinya pun kurang memadai, sehingga gampang berubah dan sulit ditebak atau dikendalikan.

Orang dengan kepribadian demikian, kurang peduli kepada orang lain yang terkena dampak perilaku emosional mereka. Mereka kurang mau mengerti perasaan orang lain. Kadang, mereka juga kurang bisa mengontrol perilaku yang bisa berdampak kepada lingkungan atau orang di sekitar. Orang dengan kepribadian seperti ini, memang kadang menyenangkan, tapi kadang menjengkelkan.

Orang yang suka mengejek, mengolok, atau menjelekkan orang lain, biasanya ingin “meninggikan” dirinya. Dengan perilaku itu, mereka merasa dirinya akan lebih baik, karena ejekan yang direaksi secara negatif (marah atau cemberut) oleh orang yang diejek, menjadi pembenaran atas ejekan mereka.

Seandainya ejekan itu mendapat reaksi sebaliknya, ada kemungkinan mereka yang mengejek akan berhenti. Misal, bila mertua memberi nama yang jelek kepada calon cucu, Anda bisa mengatakan, “Masak sih, nama opa atau omanya bagus, kok nama cucunya jelek seperti itu?”

Bagi suami rupanya sudah terbiasa menghadapi perilaku emosional orangtuanya yang tak menyenangkan itu, sehingga tak terlalu bermasalah, memaklumi, atau bahkan ikut berperilaku aneh menurut Anda. Mungkin, ia ingin meramaikan suasana. Atau tak tersinggung dengan orangtuanya karena sekadar candaan.

Sebaliknya, bagi Anda yang baru dua tahun bergabung dengan keluarga suami, hal ini menjadi tak mengenakkan, karena belum terbiasa dengan pola kepribadian mertua seperti itu. Orangtua Anda tentu mempunyai kepribadian berbeda dengan mertua, sehingga pola interaksi dalam keluarga Anda berbeda dengan pola interaksi di keluarga suami. Oleh karena itu, Anda perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga suami.

Sementara ini, Anda bisa mencoba untuk menenangkan diri dan mengabaikan perilaku mertua; Anda juga perlu belajar mengabaikan ejekan-ejekan terhadap kehamilan. Hal ini juga untuk kepentingan Anda dan sang bayi, karena kehamilan yang disertai emosi negatif yang kuat dan terus menerus bisa berdampak buruk bagi proses persalinan nanti.

Drs George Hardjanta MSi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini