Damai Sejahtera-Ku (Renungan Selasa, 24 Mei 2011)

182
Sumber Foto: foorus.wordpress.com

Kis 14:19-28; Mzm 145:10-11,12-13ab,21; Yoh 14:27-31a

Dalam sebuah strategi bertarung seseorang bisa mengalahkan lawannya setelah sejenak berpura-pura telah mati. Rupanya untuk sekejap lawannya diberi kesempatan untuk merasa menang. Akibatnya, ia menjadi lengah, dan persis pada saat itulah orang yang berpura-pura mati menyerang balik dan mengalahkan lawannya. Rasa menang sesaat ternyata bisa menjadi perangkap bagi diri sendiri yang membawa kehancuran.

Paulus diseret ke luar kota. Orang mengira ia telah mati. Segera setelah keadaan aman, ia pun bangkit. Tindakan berikutnya sungguh mengejutkan. Paulus melanjutkan usaha pewartaannya. Baginya, pengalaman itu bukan sekadar berpura-pura mati. Itu adalah pengalaman nyata bahwa untuk bisa masuk surga, orang perlu bertekun dalam iman. Ungkapan pemazmur menjadi pengakuan atas tindakan yang mengagumkan itu: “Orang-orang yang Kau kasihi, ya Tuhan, mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu.”

Dalam pengalaman penderitaan itulah, damai sejahtera yang sejati justru dialami. Yesus bahkan telah menegaskan bahwa damai yang diberikan-Nya itu tidaklah sama seperti yang bisa diberikan oleh dunia. Para murid Yesus bahkan diminta untuk bersukacita jika Yesus pergi meninggalkan mereka. Seruan itu menjadi peringatan agar manusia pun berani jujur. Banyak pengikut Yesus tidak berani melepaskan kedamaian semu karena begitu terikat pada rasa kemenangan palsu.

Penulis: Deshi Ramadhani SJ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini