Paus Inisiator Kekaisaran Romawi Suci

536
St Leo III.
[thehistoryofbyzantium.com]

HIDUPKATOLIK.com – Ia membangun kembali Kekaisaran Romawi Suci. Duet kepemimpinan bersama kaisar berbuah limpah karya karitatif serta penegakan iman dan disiplin gerejani.

Sehari setelah Natal 795, Gereja berkabung. Paus Adrianus I wafat. Namun, pada hari itu juga, penggantinya terpilih. Sehari kemudian, ia dimahkotai dan naik singgasana sebagai Penerus Takhta St Petrus.

Pemilihan ini boleh dikata tergesa-gesa karena mengantisipasi para bangsawan Frank yang ingin ikut campur dalam proses pemilihan. Namun, untuk menghormati para bangsawan Frank, Paus baru segera mengirimkan utusan kepada Raja Frank, Charles Agung untuk mengabarkan bahwa pengganti Paus Adrianus I sudah terpilih.

Sebagai balasan, Charles mengirimkan utusan untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya Paus baru. Bahkan, raja mengirimkan hadiah yang berlimpah ruah, hasil rampasan dari Avars. Kekayaan inilah yang dipakai untuk membantu Gereja yangmembutuhkan dan mendirikan institusi karitatif bagi rakyat Roma.

Begitulah kisah terpilihnya Paus Leo III, putra pasangan Atyuppius dan Elizabeth yang berdarah Romawi. Pada saat dipilih, ia menjabat Kardinal- Imam St Susanna. Selain itu, ia dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Kepala Keuangan Kepausan.

Mengalami Mukjizat
Pemilihan Paus Leo III tak lepas dari masalah. Usai terpilih, banyak usaha dari kerabat dan para pendukung mendiang Paus Adrianus I untuk melengserkannya. Bahkan, ia menghadapi ancaman dan percobaan pembunuhan.

Pada 25 April 799, Paus Leo III berjalan-jalan di sekitar Piazza del Popolo, ketika segerombolan orang bersenjata menyerangnya. Ia jatuh terkapar bersimbah darah. Konon, gerombolan bersenjata itu memotong lidah dan mencungkil matanya. Dalam kondisi tak berdaya, ia ditinggalkan begitu saja. Namun, dengan sekuat tenaga, ia berhasil menyelamatkan diri ke Biara St Erasmus di Coelian. Di biara itulah mukjizat terjadi. Sekonyong-konyong ia sembuh. Mata dan lidahnya kembali normal tanpa menjalani pengobatan apapun.

Dari biara itu, Paus Leo III mencari suaka kepada Raja Charles. Meskipun telah dihasut para musuh Paus, Raja Charles tetap memegang kesetiaan terhadap Bapa Suci. Ia menerima dan menjamu Paus secara istimewa. Selama beberapa bulan tinggal di Jerman, Paus akhirnya diantar pulang ke Roma dengan jaminan keamanan.

Setiba di Roma, Bapa Suci disambut rakyat Roma. Sementara Raja Charles memerintahkan pasukannya untuk menangkap dan memenjarakan para musuh Paus dan mengasingkannya ke Perancis.

Wujudkan Mimpi
Tahun 800, Raja Charles datang ke Roma untuk mempertemukan Paus Leo III dengan para musuhnya. Sederet litani tuduhan ditujukan oleh para pembangkang kepada Paus. Kala itu, para uskup dan kardinal juga hadir untuk membela Paus. Mereka berpendapat, tak seorangpun yang dapat mengadili Paus. Akhirnya, Bapa Suci bersumpah, dirinya bersih dari segala tuduhan yang disangkakan padanya. Pertemuan itu pun memutuskan, para musuh Paus dijatuhi hukuman mati. Na mun, Paus mengampuni dan meringankan hukuman mereka. Mereka tidak dijatuhi hukuman mati, melainkan diasingkan.

Paus Leo III punya impian untuk membangun kembali Kekaisaran Romawi Suci, yang tradisinya sudah lenyap lebih dari tiga abad. Kaisar terakhir adalah Romulus Augustus (475476). Maka tepat pada Hari Raya Natal 800, Bapa Suci memahkotai Charles Agung sebagai kaisar di Basilika St Petrus Vatikan. Inilah tanda Gereja menyatakan bahwa dunia –terutama Barat– mestinya tunduk pada satu penguasa duniawi, yakni kaisar, sebagaimana dunia tunduk pada satu penguasa rohani, yakni Kristus yang di dunia ini diwakili oleh Paus. Oleh karena itu, tugas utama kaisar adalah sebagai pelindung Gereja Roma dan kekristenan dari ancaman apapun.

Tak hanya itu, Paus berencana untuk menyatukan dunia Barat dan Timur. Maka ia ingin menjodohkan Kaisar Charles dengan Ratu Irene dari Timur. Namun, ren cana ini tak terwujud.

Melawan Adopsionisme
Relasi Leo III dengan Charles Agung kian mesra. Paus memerintahkan Charles untuk menumpas bidaah Adopsionisme yang merebak di Spanyol. Adopsionisme adalah paham yang mengajarkan bahwa Yesus hanyalah manusia biasa yang dikaruniai kuasa surgawi dan diangkat menjadi Anak Allah. Acapkali kutipan dalam Mzm 2:7, Yes 42:1, dan Mrk 1:11 dianggap sebagai formula pengangkatan Yesus sebagai Anak Allah dan Raja. Artinya, Yesus yang hanya manusia biasa di adopsi sebagai Anak Allah dan Raja dengan dianugerahi kuasa ilahi oleh Allah. Bahkan, Yesus sebagai manusia biasa dibangkitkan dan ditinggikan Allah pada kedudukan sebagai Tuhan. Bidaah ini gencar diperangi oleh Charles.

Paus Leo III juga menancapkan kuasa yurisdiksi yang kuat atas Gereja di Inggris. Melalui Sinode Beccanceld (Clovesho) pada 803, ia mengutuk maraknya praktik awam menjadi superior biara di Inggris. Dengan tegas ia mengekskomunikasi para uskup dan bangsawan yang melanggar disiplin gerejani yang digariskannya.

Selain itu, Paus berhasil menyelesaikan banyak perseteruan antara pemimpin Gereja lokal dengan penguasa sipil. Usahanya ini mendapat apresiasi dari para uskup, imam, raja, bangsawan, dan umat. Duet kepemimpinan Paus dan kaisar ini juga mampu menahan tentara Islam masuk kedunia kekristenan Barat.

Berhati Mulia
Bagi para rahib Gereja Orthodoks Konstantinopel, Paus Leo III berjasa besar. Di bawah pimpinan St Theodorus, para rahib Studite berusaha mendesak Penerus Takhta St Andreas Konstantinopel, Patriakh Tarasius, agar mengekskomunikasi Kaisar Binzantin, Konstantinus VI. Alasannya, kaisar menceraikan istrinya Maria, karena ingin menikah lagi dengan Theodota.

Meskipun ulah kaisar ini ditegur keras, Patriakh Tarasius tidak mengeksko munikasinya. Sebaliknya, Patriakh Konstantinopel ini diam ketika kaisar meng aniaya para rahib yang melawan keinginannya. Mereka ditangkap, di penjara, bahkan diasingkan.

Dalam kondisi terjepit, St Theodorus dan rekan-rekannya meminta bantuan pada Leo III. Paus mendukung penuh perjuangan mereka untuk menentang Kon stantinus VI. Ia bahkan mengirimkan bantuan bagi mereka dan menempuh jalur diplomasi dengan dukungan Charles. Relasi Kekaisaran Barat dan Timur sempat rusak, dan baru dipulihkan lagi setelah Mikhael I Rangabe naik takhta sebagai Kaisar Binzantin pada 811.

Banyak upeti Charles bagi Gereja di gunakan Paus untuk membantu rakyat miskin di Roma. Ia juga merenovasi banyak bangunan gereja di Roma dan Ravenna. Ba nyak dekorasi mosaik dalam Gereja di Roma yang tersisa hingga akhir abad XVI, melukiskan keharmonisan relasi Leo III dengan Charles Agung, terutama di Gereja St Susanna.

Paus Leo III bertakhta hampir 21 tahun. Pada 12 Juni 816, ia wafat dan dimakamkan di Basilika St Petrus Vatikan. Relikuinya disandingkan dengan St Leo I (440461), St Leo II (682683), dan St Leo IV (847855). Setelah lebih dari 850 tahun, Paus Klemens X (16701676) menggelarinya Santo pada 1673. Gereja memperingatinya setiap 12 Juni.

R.B.E. Agung Nugroho

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini