Menuruti Firman-Ku (Renungan Senin, 23 Mei 2011)

146
Sumber Foto: kukurusukofmajalengka.blogspot.com

Kis 14:5-18; Mzm 115: 1-2,3-4,15-16; Yoh 14:21-26

Ada cerita lucu. Sekelompok orang meminta anggaran besar untuk pergi ke negeri seberang. Di sana mereka akan menimba ilmu. Usut punya usut, di negeri seberang itu para tuan dan nyonya rumah sedang tidak ada di tempat. Lalu, dari manakah para pengunjung itu ingin menimba ilmu? Mungkin yang penting bukan menimba ilmu, tetapi menggunakan hak untuk sekadar menjejakkan kaki di negeri seberang.

Keberhasilan bisa menggiurkan, sehingga orang menyalahgunakan haknya. Paulus dan Barnabas mengalami sukses di Listra setelah orang lumpuh disembuhkan. Orang banyak ingin menobatkan mereka sebagai dewa. Ada tawaran sungguh menggiurkan. Namun demikian, posisi dan keluhuran itu tidak membuat kedua tokoh itu tergoda untuk menyalahgunakan hak mereka. Mereka punya keyakinan seperti pemazmur: “Bukan kepada kami, ya Tuhan, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan.”

Yesus menegaskan bahwa mencintai-Nya selalu berarti menuruti firman-Nya. Dengan itu pula, orang dilatih untuk menempatkan kepentingan diri di bawah kepentingan Tuhan. Firman-Nya itulah yang harus mengatur diri manusia. Tanpa kejujuran, Firman-Nya justru bisa dimanfaatkan demi pemuasan diri akan hak yang menyenangkan belaka. Ketika ini terjadi, tidak sulit pula hati manusia menjadi keras dan begitu lihai menemukan pembenaran diri.

Penulis: Deshi Ramadhani SJ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini