Saya Itu Uskup, Bukan Direktur

717
Mgr Josef Suwatan MSC.

HIDUPKATOLIK.com – Mgr Josef Suwatan sering dikritik kurang tegas. Ia membedakan manajemen uskup dan pemimpin perusahaan. Partisipasi umat cukup besar.

Perayaan Ekaristi untuk menyambut pesta perak tahbisan Uskup Manado, Mgr Josef Suwatan bukan diadakan di gereja katedral atau lapangan Klabat, tempat ia ditahbiskan 25 tahun lalu. Misa syukur diadakan Senin sore, 29/6, di Graha Gubernur, Kompleks Bumi Beringin, Manado. Umat yang diundang untuk menghadiri Misa syukur itu sekitar 2.000 orang.

Untuk merefleksikan peringatan 25 tahun tahbisan sebagai Gembala Utama di Keuskupan Manado, Mgr Josef Suwatan bersedia menjawab beberapa pertanyaan Majalah HIDUP. Berikut petikannya:

Apa makna peringatan 25 tahun tahbisan episkopal bagi kegembalaan Bapak Uskup?

Saya tidak pernah bercita-cita menjadi uskup… “Bukan kamu yang memilih Aku, Akulah yang memilih kamu”.. Ya, saya jalani saja tugas episkopal ini semampu saya. Coba mengerti apa yang harus saya lakukan… ikuti arus zaman, coba masuk di dalamnya untuk merasakan dan mengerti pergumulan umat. Eeh,tak terasa sudah 25 tahun! Terima kasih, Tuhan.

Bagaimana perkembangan iman dan pengetahunan kekatolikan umat Manado di bawah kegembalaan Bapak Uskup?

Penghayatan dan pengetahuan iman Katolik di antara umat “tua” dalam Keuskupan Manado itu bagus. Mereka teguh sebagai anggota “Romes” Katolik. Sudah sebelum Konsili Vatikan II kita punya “Guru Jumat”, guru Jemaat di stasi-stasi. Kalau Jawa punya “Muntilan”, maka Manado punya “Woloan” dengan “Kweek School” -nya yang kemudian berpindah ke Tomohon. Untuk pemimpin umat di wilayah “diaspora” ada pendidikan “live in” selama sebulan di Pusat Kateketik, Lotta. Sekarang ada katekis-katekis tamatan Sekolah Tinggi Pastoral/ Kateketik. Katekese merupakan upaya terus menerus untuk pembinaan pengetahuan iman.

Bapak Uskup menjadi Ketua KWI ketika terjadi pergolakan politik Indonesia, terutama 1998. Apa langkah Bapak Uskup menghadapi kondisi politik saat itu?

Bersama para Uskup dan atas nama para Uskup, saya menunjukkan keikutsertaan kami di tengah-tengah pergumulan dan pergolakan bangsa. Kami suarakan keprihatinan Gereja, serukan perdamaian dan hentikan kekerasan, ajakan kepada masyarakat untuk saling membantu, membangun “Persaudaraan Sejati , menegakkan “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Di tingkat atas kami bertamu dan bertemu dengan Presiden BJ Habibie.

Selama ini, Bapak Uskup selalu menjadi pemimpin (mulai dari superior skolastikat, dosen, provinsial, Uskup, Ketua KWI). Gaya kepemimpinan apa yang Bapak Uskup terapkan?

Gaya apa ya.? Gaya bebas… hahaha…Ya, saya mendampingi dan mendengarkan, kalau bagus, ya dukung untuk melaksanakannya. Coba mengatur supaya dicapai kepentingan bersama.

Saya dikritik bahwa saya bukan “manager” yang baik. Tidak memberlakukan reward and punishment yang tegas. Yah, saya kan bukan direktur perusahaan. Saya Uskup yang memimpin dan menggembalakan umat, pastor, suster, bruder, tentunya ada juga prinsip- prinsip manajerial yang harus diperhatikan.

Dalam sejarah panggilan Bapak Uskup, peran orang tua (ayah dan ibu) sangat menentukan. Nilai-nilai apa yang meneguhkan panggilan Bapak Uskup?

Pada suatu momen yang menentukan, papa saya mengatakan: “kalau Abraham merelakan Ishak, putera satu- satunya… kiranya saya juga harus merelakan anak laki-laki saya satu-satunya ini…menjadi imam”. Luar biasa, tidak kusangka papa saya punya iman dan kerelaan seperti Abraham!

Bagaimana perkembangan Gereja selama Bapak Uskup memimpin Keuskupan Manado Perkembangan dilihat dari segi apanya?

Jumlah umatnya, sejak tahun pertama saya jadi uskup, selalu sama sekitar 130-140 ribu umat Katolik dalam wilayah Keuskupan, yang meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo. Jumlah Paroki 63, imam diosesan 100 lebih, dan lain-lain. Partisipasi umat, baik tenaga maupun partisipasi finansial dalam kegiatan-kegiatan gerejani, besar. Panggilan hidup imam dan biarawan/ biarawati masih baik.

Kalau saatnya nanti Bapak Uskup diganti, apa kriteria yang mesti dimiliki calon Uskup Manado?

Dia itu “Pastor Bonus” yang harus menjawab pertanyaan Yesus : “apakah engkau mengasihi Aku?.

A. Margana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini