HIDUPKATOLIK.COM – Menyebut musikalisasi puisi di Yogyakarta, lebih khusus lagi lagu puisi, nama Aloysius Untung Basuki segera muncul. Karena Untung Basuki memang begulat dengan lagu puisi sampai hari ini. Lagu Puisi, dan jalan hidup Untung Basuki merupakan tonggak semangat hidup dari seorang seniman yang sudah menjadi ciri khas musikalisasi puisi di Yogyakarta sudah terlekat erat di hati para masyarakat dan pelaku seni-budaya di kota gudeg ini. Untung Basuki, lelaki kelahiran 1949 ini adalah warga Ngadisuryan, Kelurahan Patehan, Keraton, Yogyakarta. Pernah bersekolah menengah di jalur seni, SMSR, Gampingan, Yogyakarta. Nama Untung Basuki cukup dikenal di kalangan seniman, bukan hanya di Yogya, namun di kota-kota lain di Indonesia.
Untung Basuki lebih dikenal sebagai salah satu seniman yang tergabung dalam kelompok teater yang muncul pada tahun 1970-an, Bengkel Teater pimpinan dramawan kondang WS Rendra hingga sekarang. Sampai sekarang aktivitas berteater masih dia jalani. Bedanya, kini dia menjadi guru seni dan guru lukis di sanggar bambu dengan gaji “sekadarnya”. Terkadang dia masih diundang sebagai pembicara dalam workshop bertema kesenian. Melukis dan berteater memang bukan hal baru bagi Untung, tetapi justru kemampuan bermusiknya yang unik dimana para penikmat lagu puisinya selalu mempunyai kesan tersendiri dalam menikmatinya.
Di kota Yogyakarta, dialah satu-satunya seniman yang menulis puisi, lalu menjadikannya sebagai lirik lagu. Begitu banyak puisi yang kemudian menjadi lirik lagu telah dia ciptakan sejak tahun 1972. “Saya tak ingat lagi,” katanya tentang jumlah puisi lagu ciptaannya. “Saya lebih banyak membuat puisinya dulu, baru menggarap melodinya, genjrang-genjreng. Tetapi, kadang memang bisa juga sebaliknya,” cerita Untung tentang proses penciptaan lagunya. Hal yang paling menyenangkan saat kita bertemu dengan Untung Basuki, ialah gaya khas nya yang senang mengenakan kaus tipis dan celana pendek dengan senyuman yang bersahaja.
Di saat Untung duduk dengan memegang gitar pemeberian hadiah dari sahabatnya Iwan Fals lalu Ia duduk di kursi kecil, dan selalu melantunkan lagu puisi “Bunga-bunga” kepada setiap orang yang baru dikenalnya, pada lagu puisi di era 1970-an itu, Ia bernyanyi dengan penuh energy positif dengan terkadang memejamkan mata, menengadah ke atas, lalu menghayati lirik lagunya. Irama country dengan lirik puitis. Suara Untung Basuki serak, namun bertenaga. Jari-jemarinya masih cekatan berpindah chord, dan petikan senarnya jelas dan kencang terdengar, pertanda sering berlatih. Katanya, itu lagu yang dia ciptakan untuk menggambarkan suara hati saat kasmaran. Obrolan pun mengalir diselingi dengan nyanyian yang dia lantunkan. Beberapa lagu ciptaannya pun meluncur, seperti Lepas-lepas, Maju Perang, serta Langkahku Menuju Ke Mana. (Benny Pradipta, mahasiswa prodi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)