Renungan Senin, 28 Agustus 2017: Murid Sejati

425
[www.thefamousartists.com]

HIDUPKATOLIK.com – PW St. Augustinus; 1Tes 1:2b-5, 8b-10; Mzm149; Mat 23:13-22

HIPOKRIT atau ‘berpura-pura’ telah menjadi cap yang diberikan Yesus kepada para ahli Taurat dan kaum Farisi. Label kemunafikan ini sangat berlawanan dengan ungkapan ‘berbahagialah’ (Yun. makários) pada Khotbah di Bukit (Mat 5: 3-12), yang ditujukan bagi para murid Yesus. Melalui perbandingan antara hypokrités dan makários ini, Yesus ingin menunjukkan karakter kemuridan yang sejati.

Dari asal-usulnya, ungkapan hipokrit mengandung makna ‘hadirnya dua wajah, di mana wajah yang satu menutupi wajah yang lain’. Hal ini berbeda dengan ungkapan makários, ‘berbahagia’, sebuah keadaan yang dalam bahasa Yunani kuno hanya dikhususkan bagi para dewa. Melalui Khotbah di Bukit, Yesus mengubah makna makarios sebagai anugerah Allah bagi para murid-Nya. Manusia bisa menerima apabila ia rendah hati, pasrah, dan berserah diri. Maka, wajar bila mereka “yang miskin dan terpinggirkan” lebih mudah menerima kebahagiaan ketimbang mereka “yang selalu menyombongkan diri karena bisa mengatur wajah mereka”.

Di sinilah terlihat kaitan yang erat antara situasi makários dan “keimanan” (lih. Rom 4:5-7. 14; 14:22-23; Why 14:12.13). Mereka yang dibahagiakan Allah adalah mereka yang dianugerahi serta bersedia menerima iman dari-Nya. Sebaliknya, karakter hipokrit selalu akan berakhir dengan kehancuran, karena ia menjadi ungkapan kesombongan diri yang menafikan sesama dan Tuhan.

Henricus Witdarmono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini