HIDUPKATOLIK.com – ROMO Bernardus Irawan, Rektor Seminari Tahun Orientasi Rohani Sanjaya Jangli meminta Romo Aloys Budi Purnomo untuk memberikan pencerahan kepada para frater calon Imam Projo atau Diosesan Keuskupan Agung Semarang (KAS) berkaitan dengan topik kebangsaan dalam keragaman, Jumat, 18/8. Romo Budi pun menyanggupinya dengan gembira. Enam belas frater dan dua imam (Romo Rektor dan Romo Socius, dan Romo Yosafat Dhani Puspantoro) dengan penuh antusias mengikuti, mendengarkan dan menyimak presentasi Romo Budi pada pukul 08.30-10.00 WIB.
Bersejarah
Mengawali presentasinya, Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK-KAS) ini dengan bercanda mengatakan, “Kesempatan ini merupakan peristiwa bersejarah untuk saya. Lebih bersejarah dibandingkan dengan salaman antara SBY dan Megawati kemarin di Istana Negara.”
Peristiwa tersebut menjadi peristiwa bersejarah, sebab baru pertama pertama kali sebagai Ketua Kom HAK KAS Romo Budi diminta berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait kebangsaan dalam keberagaman di Seminari TOR Sanjaya. Menurutnya, penting bagi para calon imam untuk tahu dan kenal visi dan misi serta prinsip dasar dan ajaran Gereja Katolik terkait dengan kebangsaan dalam keberagaman dalam konteks HAK. Ini penting pula agar sejak awal para calon imam mau terlibat dalam urusan HAK sehingga ke depan dapat memudahkan Bapak Uskup untuk menata penugasan terkait dengan Komisi HAK.
Bila perlu, lanjut Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata peristiwa tersebut dapat dilanjutkan dengan kunjungan ke tempat-tempat ibadah agama-agama lain. “Frater-frater berjubah bersama para Romo Pembimbing (Rektor dan Socius) bersilaturahmi ke Masjid, Klenteng, Pura, dan Vihara. Saya siap untuk menghubungkan dan mengantar,” kata Romo Budi.
Pentingnya Srawung Silaturahmi
Sambil menampilkan dokumentasi foto dan video, Romo Budi menegaskan pentingnya srawung dan silaturahmi. Romo Budi mengatakan, Bapak Uskup kita sekarang, Mgr Robertus sangat menekankan hal ini.
“Ayo, srawung penuh hormat dan cinta mulai dalam komunitas, tetangga dan masyarakat luas! Jadi frater jangan kuper! Panggilan kita sebagai orang Katolik adalah berdialog dan bekerjasama dengan umat beragama lain, meneguhkan kebangsaan dalam keberagaman mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman, apa pun agamanya,” ujar Romo Budi.
Prinsip dasar ajaran Gereja Katolik, menurut Romo Budi telah mengajak Gereja dan umat untuk mengembangkan cara pandang positif terhadap agama-agama lain dan setiap kebudayaan sesuai dengan Lumen Gentium (LG) 16 dan Nostra Aetate (NA) 2. Itulah yang oleh Romo Budi disebut sebagai paradigma positif untuk membangun hidup berbangsa dalam kerukunan hidup bersama antarumat beragama. Secara universal dikenal ungkapan, lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuki kegelapan!
“Gereja Katolik dengan jelas dan tegas mengajarkan, bahwa Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang serba baik, benar dan suci yang terdapat dalam semua agama dan kebudayaan. Maka Gereja mendorong umatnya agar membangun kerukunan dan dialog serta kerja sama dengan penganut agama lain sambil memberi kesaksian tentang peri hidup Kristiani,” jelas Romo Budi mengutip LG 16 dan NA 2.
Romo Budi menambahkan Nostra Aetate artikel lima juga mengajak Gereja untuk membangun persaudaraan sejati tanpa diskriminasi. “Kita bersaudara dengan siapa saja dan semua saja. Apabila segala sesuatu tergantung kita, baiklah kita menjadi pembawa damai!” Pungkasnya.
A. Nendro Saputro