Pemuda Muslim di Eksposur Asian Youth Day 2017 Mengkampanyekan Pesaudaraan Antaragama

561
Muda Muslimah di tengah peserta Asian Youth Day 2017

HIDUPKATOLIK.com – ASHIKHATUL Fuaddah awalnya merasa ragu, ketika mulai mengikuti pembekalan untuk mengikuti Asian Youth Day 2017 (AYD7) di Yogyakarta. Salah satu anggota komunitas Gusdurian ini terpilih menjadi salah satu peserta untuk ikut serta dalam dinamika AYD7. Sebagai seorang Muslimah, ia merasa ragu untuk bergabung dalam event orang muda Katolik di Asia ini.

Rasanya aneh, sebab ia tak begitu sering bergaul dengan teman-teman Kristen. Meski sebagian teman kuliahnya Di Universitas Gajah Mada Yogyakarta juga banyak yang beragama Katolik, namun ia masih saja merasa canggung untuk menjadi bagian dari kegiatan ini.

Namun, entah mengapa, dari dalam hatinya selalu saja ada bisikan untuk tidak mundur. Di pertemuan kedua pembekalan, fix hatinya mantab untuk bergabung dalam pertemuan anak muda se-Asia ini. “Kami ingin menjadi duta Muslim Indonesia, yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang penuh cinta,” kata alumni UGM ini.

Muda muslimah asal Purwokerto ini menjadi satu diantara 106 rakan-rakan muda muslim yang bergabung dalam Asian Youth Day di Yogyakarta. Dengan kaus hitam bertulisakan”Friends of Asian Youth Day”, wajah ceria sudah terpancar dari sejak Jumat pagi, saat mereka sampai di vanue utama AYD7.

Rifqi Fairuz dari Komunitas Gusdurian mengungkapkan, rekanrekan muda Muslim sudah dipersiapkan sejak bulan Ramadhan untuk AYD7. Mereka awalnya diminta membuat sebuah tulisan mengenai ide tentang Islam menurut mereka. “Islam yang ingin kami tunjukkan adalah Islam yang penuh Cinta,” kata Rifqi.

Rekan-rekan muda ini, terutama terlibat dalam kegiatan eksposur di hari ketika AYD di Yogyakarta. Dalam dinamika eksposur, mereka bergaul dengan anak muda Katolik dari seluruh negara Asia. “Apa pendapat anda tentang agama Islam?” demikian pertanyaan yang diajukan rekan-rekan muda Muslim ini.

Mereka ingin meminta pendapat dari anak muda Katolik terutama yang beasal dari mancanegara. Pertanyaan yang diajukan di atas bus yang menuju ke Kulon Progo itu, kemudian dijawab oleh peserta dari berbagai negara.

Salah satu peserta dari Korea mengungkapkan, kebersamaan dengan teman-teman Muslim ternyata cukup menyenangkan. Tidak ada curiga dan prasangka apapun dalam kebersamaan itu. “Mereka ternyata menyenangkan, dan sangat friendly.”

Hal yang sama dirasakan oleh peserta dari Filipina. Kesempatan ini bukan yang pertama, ia sudah lama hidup berdampingan dengan saudara beragama islam di negaranya. “Kami bisa hidup berdampingan, kami bersaudara dan kami bisa saling membantu.”

Agama memang bukan alasan untuk menjadi saling curiga. Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ tidak saja bicara mengenai lingkungan, lebih dalam lagi ia mengatakan bahwa dunia menjadi rumah bersama. Apa yang menjadi keyakinan setiap manusia adalah rahmat yang menjadi semangat untuk saling mengasihi.

Anak-anak muda Asia ini menjadi contoh untuk semua ciptaan bahwa dunia ini akan menjadi indah manakala dihiasi dengan senyuman kebersamaan. Dijiwai dengan semangat bergandengan tangan. Saat sekat sekat tidak lagi memiliki arti karena setiap hati memiliki gairah untuk mewujudkan cinta yang tanpa batas.

Berawal dari AYD7, anak-anak muda telah menanamkan benih cinta kasih. Selanjutnya benih itu akan tumbuh menjadi semakin besar dan berbuah. “Agama tak berarti apa-apa kalau tidak diinspirasi oleh kedalaman iman dan cinta.” Demikian kata Paus Fransiskus di Mesir, negara dengan mayoritas Islam.

Antonius E. Sugiyanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini