HIDUPKATOLIK.com – Administrator Keuskupan Purwokerto, Romo Tarcisius Puryatno memimpin Misa Konselebrasi Pembukaan Day in the Diocese (DID) di Gereja Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto, Minggu sore, 30/7. Ia didampingi oleh Pastor Paroki Katedral Kristus Raja Purwokerto, Romo Bonivasius Abbas, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto, Romo Frans Kristiadi, dan sejumlah imam lainnya.
Misa itu diikuti oleh sekitar 1.500 umat. Mereka berbaur bersama para peserta Asian Youth Day (AYD) dari Jepang dan Thailand. Dalam khotbah, Romo Puryatno merefleksikan tentang kekayaan yang begitu berlimpah di Keuskupan Purwokerto. Menurutnya, keuskupan yang kini sedang sede vacante (takhta lowong) tersebut menyimpan begitu banyak mutiara indah yang masih terpendam. Bahkan, umat Purwokerto sendiri mungkin belum menyadari khazanah berlimpah ini.
Romo Puryatno mengajak para peserta AYD untuk menyelami aneka mutiara tersebut. Selama mengikuti program DID di Keuskupan Purwokerto, mereka akan diajak mengalami bersama karya para Suster Putri Maria dan Yosep (PMY). Para Suster PMY ini mendampingi anak-anak bisu-tuli di SLB Tuna Rungu Dena Upakara di Wonosobo, Jawa Tengah. “Ini barangkali juga belum banyak diketahui oleh umat di Keuskupan Purwokerto,” ungkap Romo Puryatno.
Ada banyak keajaiban yang muncul dalam karya para Suster PMY tersebut. Bagaimana mungkin, kata Romo Puryatno, seorang anak yang bisu akhirnya bisa bicara? Demikian halnya dengan anak yang semula tuli akhirnya bisa mengenal suara? Anak bisu-tuli itu bisa mengekspresikan aneka ragam seni budaya yang sungguh menakjubkan. “Ini mutiara yang terpendam, yang nanti akan dikenalkan,” imbuh Romo Puryatno.
Ada juga kekayaan lain yang senantiasa menyegarkan kehidupan bersama di dalam masyarakat di tlatah Banyumas. Bagi Romo Puryatno, kehidupan yang saling menghormati dan menghargai orang lain yang berbeda agama dan keyakinan juga layak direfleksikan sebagai mutiara yang terpendam. Dalam hal ini, para peserta AYD dari mancanegara akan diajak untuk bersua dengan para santri di Pondok Pesantren An Najah Baturraden dan juga Paguyuban Cahya Buana di Cilacap. Paguyuban Cahya Buana adalah sebuah komunitas penghayat kepercayaan yang tinggal di sekitar Bukit Srandil, Adipala, Cilacap, Jawa Tengah. “Di tengah berbagai perbedaan itu, Tuhan hadir. Allah sungguh-sungguh berkarya,” tegas Romo Puryatno.
Selama Misa berlangsung, Romo Puryatno berkomunikasi dengan bahasa Inggris di beberapa bagian penting sebagai pengatar. Selebihnya, Misa dirayakan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Misa ini menandai pembukaan secara resmi program DID Keuskupan Purwokerto sebagai rangkaian perhelatan akbar AYD ke-7, yang berpuncak di Yogyakarta.
R.B.E. Agung Nugroho