HIDUPKATOLIK.com – TIDAK terasa perhelatan akbar Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia dalam Indonesian Youth Day (IYD) 2016 di Keuskupan Manado, Sabtu-Kamis, 1-6/10, telah usai. Berbagai proses penempaan diri untuk orang muda Katolik telah dilewati para OMK Indonesia dalam kegiatan yang digelar Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep-KWI) itu. Perjalanan dan perziarahan dalam kegiatan ini tentu memiliki kesan tersendiri sehingga rasanya sulit untuk dilupakan oleh para pesertanya. Salah satu kisah menarik datang dari OMK Keuskupan Bogor yang live in di Paroki Santo Paulus Tompaso Baru, Minahasa, Sulawesi Utara.
Raanan Lama, sebuah desa kecil yang sekaligus menjadi salah satu stasi di Paroki Tompaso Baru ini telah mengajarkan banyak hal kepada sebagian OMK Keuskupan Bogor yang live in di desa itu. Perjalanan menuju desa tersebut kurang lebih memakan waktu lima jam. Maklum, OMK Keuskupan Bogor mendapat tempat live in di desa yang cukup jauh dan letaknya di atas gunung.
Aktivitas Live In
Matahari yang terbenam, taburan bintang mewarnai langit malam itu menandai kedatangan OMK Bogor di Desa Raanan Lama. Perjalanan yang melelahkan tak membuat keceriaan beberapa wajah OMK Bogor berkurang. Penyambutan yang meriah dari warga desa terutama OMK lokal membuat peserta semakin bersemangat. Keramahan dan sambutan hangat keluarga menutup perjalanan OMK Bogor di hari pertama IYD 2016.
Pada hari berikutnya, kegiatan doa, makan, dan tidur, seakan-akan menjadi kegiatan rutin yang dijalani OMK Bogor selama live in. Namun sesungguhnya ada kisah lain yang dapat dijadikan teladan oleh para peserta. Kebiasaan warga Desa Raanan Lama yang menarik adalah setiap kegiatan dirayakan dengan ibadat. “Kalo disini, hari Minggu kami ibadat lima kali sehari, itu di luar perayaan Ekaristi, kalo hari biasa kami ibadat dua kali sehari,” jelas Fanesa Polukan kepada OMK Bogor. Penyataan tersebut mengundang rasa takjub OMK Bogor kepada warga Raanan. “Berdoa, makan, dan tidur. Kegiatan yang terkesan biasa saja, namun jika kita lihat bersama 2.000 tahun yang lalu Yesus pun melakukan hal yang sama, Dia bersama para murid-Nya berkeliling untuk berdoa, makan bersama, dan tentunya beristirahat,” tutur Frater Diakon Jeremias Uskono, seorang Diakon dari Keuskupan Bogor dalam Ibadat OMK kelima untuk OMK Bogor pada hari kedua.
Anthonius Evandi, salah seorang peserta mengungkapkan kekagumannya kepada Warga Raanan yang begitu baik dalam menjalani hidup rohani dengan rutinitas doa. “Warga Raanan mengajarkan banyak hal kepada kami, khususnya dalam berdoa. Hidup beriman mereka sungguh nyata diungkapkan dengan ibadat-ibadat yang mewarnai rasa syukur setiap harinya. Tidak berhenti sampai di situ, keramahan dan kehangatan setiap orang juga menunjukkan bahwa hidup rohani mereka tidak hanya berhenti kepada iman, namun juga tindakan konkret kepada sesama. OMK Keuskupan Bogor sudah seharusnya belajar dari rutinitas warga Desa Raanan Lama ini,” ujar OMK bertubuh mungil berusia 21 tahun tersebut.
[nextpage title=”Pengalaman OMK Keuskupan Bogor: Desa Raanan Lama, “Surga Kecil” IYD Manado 2016″]
Air Mata Menetes
Hari terakhir live in di Raanan Lama diwarnai dengan berbagai pekerjaan menarik yang dilakukan peserta live in dengan orangtua asuh masing-masing. Beragam pekerjaan dilakukan seperti berkebun, membuat minuman CT atau Cap Tikus (Minuman beralkohol asal Manado), beternak babi, sampai membuat babi asap yang diolah dengan menusukkan babi dari mulut hingga ke bagian belakang babi. Dalam perjalanan menuju perkebunan, karena kelebihan beban beberapa peserta live in bahkan sampai mematahkan jembatan bambu yang dibuat swadaya oleh masyarakat. Hal ini menjadi cerita lucu yang mengundang gelak tawa serta tidak habis untuk diceritakan.
Kegiatan live in kemudian di tutup dengan pesta rakyat, pesta perpisahan hingga pukul 01.00 WITA. Lagu Gemu Famire mengundang warga desa hadir untuk ikut bersukacita bersama kaum muda dan para peserta live in. Kehadiran warga ini menambah semarak kegiatan malam perpisahan yang sungguh membawa kegembiraan warga dan OMK Bogor.
“Sayonara, sayonara, sampai berjumpa lagi. Buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya…” penggalan lagu perpisahan ini dinyanyikan OMK Bogor untuk seluruh warga Raanan Lama. Air mata pun menetes dari wajah para orangtua asuh dan OMK Bogor yang harus segera menuju Lapangan Koni Sario di pusat kota Bumi Nyiur Melambai untuk mengikuti acara IYD.
[nextpage title=”Pengalaman OMK Keuskupan Bogor: Desa Raanan Lama, “Surga Kecil” IYD Manado 2016″]
Selama di Manado
Sekitar 2.600 OMK se-Indonesia berkumpul untuk melakukan perjalanan defile atau perhelatan budaya menuju Stadion Klabat untuk mengikuti Misa Pembukaan Indonesian Youth Day. Kegiatan hari ini ditutup dengan pesta kembang api dan penyerahan salib IYD dari OMK Keuskupan Sanggau sebagai tuan rumah IYD pertama kepada OMK Keuskupan Manado sebagai tuan rumah IYD tahun ini.
Hari-hari selanjutnya OMK se-Indonesia melakukan kegiatan bersama di Imannuel Amphiteater Catholic Youth Center yang dibangun khusus untuk pertemuan akbar lima tahunan ini. Berbagai kegiatan katekese seperti “Ngobrol Pintar” (Ngopi) pun dilakukan. Berbagai narasumber dihadirkan di antaranya para uskup se-Indonesia, Daniel Mananta, Citra Scholastika, Antonius Agus Sriyono (Duta Besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan), dan lain-lain.
Hadir juga Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nachrowi. Dia berpesan kepada seluruh OMK untuk menjaga keharmonisan hubungan antarsuku, agama, ras, dan golongan di Indonesia. “Indonesia ini adalah negara yang majemuk, terdiri dari banyak suku, agama, ras, dan golongan. OMK yang hadir di sini adalah utusan terbaik yang mewakili provinsinya. Saya berharap kalian dapat menjaga keharmonisan dan menjadi inspirasi bagi terciptanya kerukunan antarumat beragama di Indonesia,” ujar Menpora.
Sekretaris Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang juga Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC dalam Misa penutupan berpesan kepada para OMK untuk menyadari perannya dalam Gereja dan masyarakat. “Setiap orang memang berbeda tetapi berasal dari Allah yang satu dengan tujuan yang sama yakni keselamatan. Dua ikan dan lima roti di tangan saya hanya akan menjadi sandwich ikan, namun di tangan Yesus dapat memberi makan 5.000 orang. Segala sesuatu terjadi tergantung di tangan siapa, dan Gereja sekarang berada di tangan anak muda,” tegas Mgr Anton.
[nextpage title=”Pengalaman OMK Keuskupan Bogor: Desa Raanan Lama, “Surga Kecil” IYD Manado 2016″]
Diantar Sampai Bandara
Setelah seluruh rangkaian acara IYD Manado 2016 selesai, tak disangka sebagian besar orangtua asuh peserta live in di Desa Raanan Lama ikut mengantar para peserta live in ke Bandara Sam Ratulangi Manado, Jumat, 7/10. “Mereka menempuh perjalanan lima jam dan telah menunggu di bandara selama dua jam. Pengorbanan mereka benar-benar menunjukkan bahwa kami dianggap seperti anak-anaknya sendiri. Pokoknya suatu saat nanti kita harus kembali lagi ke sini, ke Raanan Lama,” ungkap Kurniawan salah satu peserta dari Keuskupan Bogor. Kepulangan OMK Bogor pun diwarnai dengan tangis perpisahan baik dari OMK lokal dan orangtua asuh.
Melihat OMK Bogor yang telah banyak belajar dari warga Raanan Lama mulai dari hidup beriman, keramahan, kehangatan telah membuat desa dan warganya mendapat tempat dalam hati para OMK Keuskupan Bogor. Segala kenangan indah di desa itu sungguh tidak akan terlupakan. Maka tidak berlebihan jika para peserta live in di desa ini sepakat menyebut Raanan Lama sebagai “Surga Kecil” di Indonesian Youth Day 2016.
Aloisius Johnsis