Ayu Utami Buka “Rahasia Dapur” Menulis Novel

317
Novelis Ayu Utami berbagi cerita proses kreatif menulis novel. (HIDUP/Stefanus P. Elu)

HIDUPKATOLIK.com – Novelis Ayu Utami menceritakan secara gamblang proses kreatif yang ia tempuh dalam menulis novel. Katanya, saat menulis kita mesti mengaktifkan semua panca indra supaya bisa menangkap hal-hal yang ada di sekitar kita untuk dijadikan bahan tulisan.

Lantas Ayu berbagi cerita saat menulis novelnya yang sangat terkenal “Saman”. “Pada 1998, saya diberhentikan dari pekerjaan saya sebagai wartawan. Idealisme saya sebagai orang muda yang sangat menggebu-gebu saat melihat praktik ketidakadilan tidak bisa saya ekspresikan. Saya juga melihat bahwawaktu itu ‘Partai Beringin’ jadi penguasa tunggal. Karena saya tidak bisa lagi menulis secara bebas, maka saya memilih jalur sastra.,” kata Ayu saat hadir sebagai narasumber di Writing Camp Penulis Katolik.

Acara yang diadakan oleh Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias ini berlangsung di Rumah Retret Pratista, Lembang, Bandung, Jawa Barat, Jumat-Sabtu, 28-29/10. Mengambil tema “Melukiskan Allah dalam Segala Hal” para penulis Katolik yang selama ini hanya bertemu lewat media sosial Facebook, dapat kesempatan untuk bertemu muka dan berbagi pengalaman menulis.

Ayu Utami sebagai salah satu penulis Katolik diundang untuk membagikan pengalamannya. Menurut Ayu, novel bisa dipilih sebagai media untuk menyampaikan hasil penginderaan kita atau juga protes kepada pemerintah, seperti yang ia lakukan lewat novel “Saman”.

Pendekatan yang Ayu pakai dalam novel “Saman” adalah fiksi+fakta, tidak linear (karena wartawan, juga penulis berada dalam tekanan pemerintah), menolak eufinisme, dan puitis. Mengiring pendekatan ini, carilah juga metafor-metafor dari keseharian sebagai pintu masuk atau karangka besar dari apa yang mau kita tuliskan.

Pemilik nama Justina Ayu Utami ini juga bercerita banyak seputar novel-novelnya yang lahir setelah “Saman”. Sebut saja, “Lalita”,  trilogi: “ Si Parasit Lajang”, “Cerita Cinta Enrico”, dan “Pengakuan Eks Parasit Lajang”; “Bilangan Fu” dan lain-lain. “Kalau dalam Bilangan Fu ada dua motif yang saya masukan di sana yaitu motif politis dan motif pribadi,” kata Ayu.

Steve Elu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini