Selama Eksposur Peserta AYD Ditemani Teman-teman Muslim

331
Peserta AYD7 dari Korea Selatan

HIDUPKATOLIK.com – HARI Kedua Asian Youth Day 2017 (AYD7), Peserta Eksposure ke 25 Lokasi. Peserta akan dibagi dalam 25 kelompok. Hari ini mereka akan mengunjungi lokasi-lokasi yang memungkinkan mererek bersentuhan dengan kebhinnekaan Indonesia dan aneka budaya dan kehidupan masyarakat di sekitar Yogyakarta.

Romo Andreas Styawan SJ mengungkapkan, anak muda dari dari segi pengalaman, mereka kurang megalami perjumpaan dengan orang lain yang berbeda. Lewat eksposur ini, mereka dapat belajar untuk bergaul dengan saudara yang berbeda agama. “Misalnya anak muda di Indonesia, juga memiliki pertanyaan yang tidak terjawab karena kurangnya bergaul dengan orang muslim,” ungkap anggota Panitia AYD7 ini.

Demikin juga peserta dari negara-negara Asia yang sering memiliki kecurigaan dengan umat Muslim. “Selama eksposur peserta akan bergaul dengan mereka,” kata Romo Styawan.

Kebersamaan peserta AYD7

Venue Eskposur

Cornelius Buri Prastyo mengungkapkan, saat eksposure peserta akan disebar di 25 titik. Untuk event ini persiapan sudah dilakukan sejak 34 bulan yang lalu. Di salah satu venue peserta akan melihat festival kesenian yang melibatkan anak muda antaragama. “Di sini tentu dialog antaragama akan terjalin,” ungkap Ketua Panitia Bagian Eksposur ini.

Di salah satu titik, peserta juga belajar bagaimana sistem pendidikan dikembangkan di sebuah sekolah yang tidak melulu berbicara tentang target nilai. Di sana ukuran keberhasilan bukan dari prestasi akademiknya. “Di SD Pangudi Luhur Kalirejo siswa diajarkan tak hanya belajar di kelas namun mereka diberikan lahan untuk bertani,” ungkap Cornelius yang akrab dipanggil Yoyok.

Hal semacam ini juga dapat dijumpai di SD Kanisius Kokap dan SD Kanisius Palem Dukuh. “Ada anak kelas lima yang ketika kami kesana, mereka tidak di kelas tapi di sawah memanen padi,” kata Yoyok.

Tempat yang lain, lanjut Yoyok, perserta akan melihat perjuangan guru yang dengan gaji sangat terbatas tetapi tetap bertahan agar tetap hidup. Ini menjadi pelajaran yang menarik di saat dunia dihadapkan pada era dimana uang lebih dikedepankan.

Untuk lingkungan hidup, terang Yoyok, ada Titik Kumpul Puncak, latar belakang lokasi ini adalah konserfasi lingkungan hidup. Waktu itu ada isu penambangan besar-besaran dan ada seorang ibu yang memperjuangkan itu semua. Saat ini ibu itu sudah berusia 80 tahun. “Atas perjuangan ibu itu, pemerintah kabupaten akhirnya melakukan kajian dan melarang penambangan dengan alat yang merusak.”

Setelah rangkaian eksposur kemudian akan diadakan refleksi. Frater dari kentungan akan membantu mereka dalam sesi ini.

Peserta AYD7 bersama Mgr Blasius Pujoraharjo MSF Uskup Emeritus Ketapang

Bersama Gusdurian

Selama eksposur, teman-teman AYD akan ditemani saudara-saudara dari Komunitas Gusdurian. Rifqi Fairuz mengungkapkan, Gusdurian temah menyiapkan event ini sejak ramadhan yang lali. Anggota tim yang dipilih tidak saja dilatih mengenai mengusaaan bahasa Inggris namun juga berusaha berkomunikasi denga teman-teman dari mancanegara. “Terima kasih karena AYD7 mengikutkan Gusdurian untuk berpartisipasi,” kata perwakilan dari Komunitas Gusdurian ini.

Setiap kelompok nantinya akan ditemani oleh masing-masing dua orang teman dari Gusdurian. Dalam menyiapkan tim ini, mereka juga didampingi Alissa Wahid, Putri mendiang Abdurahman Wahid, Presiden keempat Republik Indonesia. Rifqi mengungkapkan, muslim muda berjumlah 106 akan terbagi dalam 53 kelompok. “Mereka tidak memberikan ceramah keagamaan, yang kami bawa adalah agar mereka bisa menjadi duta.”

Rifqi menambahkan, golnya adalah supaya kebhinnekaan yang dimiliki Indonesia, bisa menjadi teladan yang baik dan contoh yang baik. Contoh ini bisa dibawa pulang teman-teman peserta khususnya dari mancanegara. “Ketika mereka pulang, bisa sedikit terbuka, atau memiliki kesan yang baik tentang umat Muslim pada umumnya.”

Antonius E. Sugyanto

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini