Pesan Paus Fransiskus untuk Prapaskah 2023: Kita Perlu Mendengarkan Yesus

1267
Prosesi dari Paroki St. Anselmus ke Santa Sabina menjelang Misa Rabu Abu di Roma, 6 Maret 2019.

HIDUPKATOLIK.COM – Dalam pesannya untuk Prapaskah 2023, Paus Fransiskus mendorong umat Katolik untuk mendengarkan apa yang Yesus ingin sampaikan kepada mereka melalui Kitab Suci dan melalui orang lain.

Menggunakan kisah Transfigurasi Yesus sebagai titik peluncuran, Paus Fransiskus membahas baik perjalanan Prapaskah dan Sinode Gereja Katolik yang sedang berlangsung tentang Sinodalitas dalam pesan yang dirilis 17 Februari.

Paus mengenang “perintah yang disampaikan Allah Bapa kepada para murid di Gunung Tabor ketika mereka merenungkan transfigurasi Yesus. Suara dari awan berkata: ‘Dengarkan dia’.”

“Jadi, usulan pertama sangat jelas: Kita perlu mendengarkan Yesus,” katanya. “Prapaskah adalah masa rahmat sejauh kita mendengarkan dia ketika dia berbicara kepada kita.”

“Selama masa liturgi ini,” lanjutnya, “Tuhan membawa kita bersamanya ke tempat yang terpisah. Sementara komitmen biasa kita memaksa kita untuk tetap berada di tempat kita yang biasa dan rutinitas kita yang sering berulang dan terkadang membosankan, selama Prapaskah kita diundang untuk mendaki ‘gunung yang tinggi’ bersama Yesus dan menjalani pengalaman khusus disiplin spiritual — ascesis — sebagai umat Allah yang kudus.”

Paus Fransiskus mengatakan salah satu cara Yesus berbicara kepada kita adalah melalui Sabda Allah, yang dapat kita dengar dalam Misa.

Tetapi jika seseorang tidak dapat menghadiri Misa selama seminggu, sebaiknya tetap membaca bacaan harian liturgi, kata Paus.

“Selain Kitab Suci, Tuhan berbicara kepada kita melalui saudara dan saudari kita, terutama melalui wajah dan kisah mereka yang membutuhkan,” tambahnya.

Saran kedua Paus Fransiskus untuk Prapaskah adalah untuk menghadapi kesulitan hidup sehari-hari mengingat Prapaskah adalah periode yang mengarah ke Paskah.

“Jangan berlindung pada religiositas yang terdiri dari peristiwa luar biasa dan pengalaman dramatis, karena takut menghadapi kenyataan dan perjuangan sehari-harinya, kesulitan dan kontradiksinya,” kata paus.

“Cahaya yang ditunjukkan Yesus kepada para murid adalah antisipasi kemuliaan Paskah, dan itu harus menjadi tujuan perjalanan kita sendiri, saat kita mengikuti ‘dia sendirian’,” katanya. “Prapaskah mengarah ke Paskah: ‘retret’ bukanlah tujuan itu sendiri, tetapi sarana mempersiapkan kita untuk mengalami sengsara Tuhan dan menyeberang dengan iman, harapan, dan cinta, dan dengan demikian sampai pada kebangkitan.”

Paus Fransiskus membandingkan perjalanan Prapaskah dan Sinode Gereja yang sedang berlangsung tentang Sinodalitas dengan “perjalanan gunung yang berat.”

Saat kita mendaki gunung, kita harus tetap memperhatikan jalan setapak di depan kita, namun di puncak, kita dihadiahi panorama indah yang menghadang kita.

“Demikian pula, proses sinode mungkin sering tampak sulit,” katanya, “dan terkadang kita menjadi putus asa. Namun apa yang menanti kita pada akhirnya tidak diragukan lagi adalah sesuatu yang menakjubkan, yang akan membantu kita untuk lebih memahami kehendak Tuhan dan misi kita dalam melayani kerajaan-Nya.”

Dikasteri Vatikan untuk Mempromosikan Pembangunan Manusia Seutuhnya mengumumkan pada 17 Februari bahwa mereka akan mengadakan kampanye komunikasi berdasarkan pesan Prapaskah Paus Fransiskus.

Dimulai pada Rabu Abu, dikasteri akan menyajikan setiap minggu, melalui situs webnya, sebuah “langkah” baru dalam perjalanan Prapaskah.

Kampanye, “Dengan Dia di gunung: Tobat Prapaskah dan perjalanan sinodal,” akan mencakup pertanyaan-pertanyaan refleksi berdasarkan perikop Kitab Suci dan pesan paus.

“Perjalanan penebusan dosa Prapaskah dan perjalanan sinode sama-sama memiliki tujuan transfigurasi, baik pribadi maupun gerejawi,” kata Paus Fransiskus. “Suatu transformasi yang, dalam kedua kasus, memiliki modelnya dalam Transfigurasi Yesus dan dicapai oleh rahmat misteri Paskahnya.”

Paus juga berbicara tentang kebaruan Kristus dan pemenuhannya atas perjanjian kuno.

“Demikian pula, perjalanan sinodal berakar pada tradisi Gereja dan pada saat yang sama terbuka untuk kebaruan,” katanya. “Tradisi adalah sumber inspirasi untuk mencari jalan baru dan untuk menghindari godaan imobilitas yang berlawanan dan eksperimen improvisasi.”

Paus Fransiskus mengatakan penebusan dosa Prapaskah “adalah komitmen, yang ditopang oleh rahmat, untuk mengatasi kurangnya iman dan penolakan kita untuk mengikuti Yesus di jalan salib.”

“Untuk memperdalam pengetahuan kita tentang Guru, untuk sepenuhnya memahami dan merangkul misteri keselamatanNya, yang dicapai dalam penyerahan diri total yang diilhami oleh cinta, kita harus membiarkan diri kita disingkirkan olehnya dan melepaskan diri kita dari keadaan biasa-biasa saja dan kesia-siaan,” dia mendorong. “Kita perlu memulai perjalanan, jalan menanjak yang, seperti memanjat gunung, membutuhkan usaha, pengorbanan, dan konsentrasi.” **

Hannah Brockhaus (Catholic News Agency)/Frans de Sales, SCJ

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini