HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa IV; Ibr.12:4-7, 11-15; Mzm.103:1-2,13-14,17-18a; Mrk.6:1-6
KENDATI telah memiliki keluarga baru yaitu murid-murid-Nya, Yesus rindu
mengunjungi kampung halaman-Nya karena di situ pun Ia harus mewartakan
Kerajaan Allah. Melihat apa yang dikerjakan Yesus, jemaat besar bertanya-tanya mengungkapkan sikap curiga. Alih-alih ikut bergembira atas Kabar Baik yang ditabur-Nya dan memberi diri untuk diselamatkan, mereka malah merasa kecewa dan menolak Yesus.
Yesus bertahan dan tak segera mutung. Ia malah menegaskan bahwa, seorang nabi
memang tidak dihormati di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya (6:4). Pikiran dan hati bangsa-Nya tertutup oleh sikap merendahkan Yesus sebagai orang biasa yang ayah-ibu dan saudara-saudara-Nya sudah mereka kenal. Mereka terkurung
dalam pikiran picik dan sempit sehingga tak mampu menangkap kemungkinan bahwa Yesus bukanlah manusia biasa.
Keselamatan memang tidak instan, orang harus percaya dan menerimanya
dengan sadar, tak bisa didesak apalagi dipaksakan. Kita mungkin pernah
mengalami hal serupa yakni tidak dipercaya justru oleh orang-orang terdekat
akibat mereka merasa sudah begitu mengenal kita. Apa yang kita lakukan
dalam situasi seperti ini, segera mundur dan tak mau berbuat baik lagi, atau berani bertahan seperti Yesus?
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta