Paus Fransiskus Imbau Solidaritas Bagi Para Korban Bencana Indonesia

242

Tsunami terjadi pada sore hari waktu setempat, tak lama setelah gunung berapi meletus di lepas pantai. Aktivitas di pulau Krakatau mendorong dasar laut atau memicu tanah longsor bawah laut, mengirimkan dinding air menuju pantai.

Gelombang itu menghantam kota-kota dan desa-desa pinggir laut di pulau Jawa dan Sumatra. Seorang yang selamat mengatakan dia berpegangan pada pagar saat air melonjak. Dia takut dia akan tersapu ke laut ketika tsunami surut.

Seorang juru bicara badan bencana Indonesia, sebagaimana dikutip oleh vaticannews.va, mengatakan Indonesia tidak memiliki sistem peringatan untuk letusan gunung berapi. Tidak ada alarm, katanya, karena tidak ada gempa. Sensor tsunami terletak di tempat lempeng tektonik bertemu.

Sebelumnya pada bulan September, gempa bumi juga telah melanda Pulau Sulawesi yang menewaskan lebih dari 2.000 orang. Dan Krakatoa (Krakatau-red.), erupsi gunung berapi pada Sabtu, 22/12 telah menewaskan puluhan ribu orang ketika pertama kali meletus, pada tahun 1880-an.

Badan bantuan internasional mengatakan mereka telah mengirimkan bahan makanan dan sejumlah material untuk tempat tinggal. Sementara bagi warga, ancaman itu belum berakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia mengatakan bahwa gunung berapi di Krakatau masih berpotensi meletus, dan tsunami lebih lanjut mungkin saja terjadi.

Kendati demikian, kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi.

Sumber: vaticannews.va/Linda Bordoni, Alastair Wanklyn
Antonius Bilandoro

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini