Bukan Cita-cita
Cemas dan gelisah menggelanyuti Mgr Tri beberapa hari menjelang tahbisan. Ia bahkan tidak tidur menantikan hari yang sangat agung itu. Menurut pengakuannya, berat badannya bahkan turun lima kilogram setelah ia diumumkan menjadi uskup Purwokerto.
Mgr Tri menjelaskan, sebagai seorang dari luar wilayah Purwokerto, ia belum tahu mengenai kondisi Keuskupan Purwokerto secara utuh. Meskipun demikian, sebagai tugas dari Tuhan, hal ini menantangnya untuk keluar dari “kandang”. Ia menyadari, bahwa dirinya tidak boleh hanya “jago kandang”. Itulah alasan ia berani menerima tugasnya dengan taat.
“Sebagaimana Kristus yang taat, maka saya juga harus menerima tugas saya terutama untuk melayani di Keuskupan Purwokerto. Ketaatan itu pula yang membuat saya bisa tidur dan tepatnya setelah ditahbiskan kemarin,” terang alumni Seminari Stella Maris, Bogor ini.
Mgr Tri tak pernah bercita-cita ingin menjadi uskup, hal ini disampaikan Mgr Paskalis dalam khotbahnya. Mgr Paskalis menceritakan, setelah pengumuman namanya tersebut ia merasa cemas dan gelisah, karena memang ia tidak pernah bercita-cita menjadi uskup.
“Akan tetapi setelah pengumuman dari Roma, ia menerima dengan ketaatan atas tugas yang diberikan kepadanya. Tuhan telah memilihnya menjadi gembala yang baik di tengah umat Purwokerto yang sudah dua tahun menantikan gembala,” ujarnya.
Mgr Paskalis mengajak semua kaum klerus agar bekerja sama dalam menjalankan tugas di Keuskupan Purwokerto. Menurutnya, sebagai warga Gereja, semua berjibaku dalam membangun Keuskupan Purwokerto. “Semua harus saling melayani sehingga semua tugas
dijalankan dengan ketaatan. Hai umat, inilah uskupmu!” kata Mgr Paskalis.
