Ini hanya sebagian contoh kecil dari kisah kakak beradik yang ditahbiskan menjadi imam, dan orang-orang yang terlibat semuanya memiliki faktor motivasi yang sama untuk membantu mereka mengikuti panggilan Tuhan: keluarga. Bukan hanya orang tua yang mendukung dengan memberikan keteladanan mempraktikkan iman mereka, tetapi juga teladan dari saudara kandung yang secara aktif mengejar kehendak Allah.
Pastor Jacob Strand menjelaskan kepada Catholic Herald bagaimana dia terinspirasi oleh teladan saudara-saudaranya. “Ketika mereka mulai menanggapi panggilannya, saya selalu terkesan dengan bagaimana pemenuhan hidup mereka… Saudari saya juga telah memberikan contoh harapan yang bagus dalam membantu saya untuk percaya pada kata-kata St. Paulus bahwa ‘ cinta tidak pernah gagal. ’ ”
Pastor Peter Pilsner bercerita kepada Katolik New York tentang bagaimana orang tuanya tidak pernah mendorong untuk menjadi seorang imam kepadanya atau saudara-saudaranya, tetapi hanya lewat teladan mempraktikkan iman. “Orang tua saya menempatkan nilai tinggi pada kehidupan rohani dan iman. Kami berdoa bersama sebagai sebuah keluarga, tetapi mereka tidak pernah mendorong harus menjadi imam kepada kami. ”
Selain keluarga yang mendukung, saudara kembar Koenigsknecht juga menunjukkan bahwa komunitas pertanian Katolik kecil mereka menjadi alasan utama mengapa mereka menjadi seorang imam. The New York Times memaparkan bagaimana, “Iman menjadi pusat kehidupan [di kota mereka], mereka yang tinggal di sini berkata: Semua orang Katolik, dan semua orang muncul di Misa. Kelompok pemuda aktif. Hampir semua siswa yang menghadiri prom di desa tetap menghadiri misa malam secara teratur . Walaupun saat misa mereka tetap mengenakan pakaian pesta.”
Pada suatu waktu di Amerika Serikat ketika banyak orang berbicara tentang “krisis panggilan,” obatnya tampaknya cukup sederhana: sebuah keluarga yang didedikasikan untuk Tuhan, di mana anak-anak secara aktif membedakan kehendak Tuhan. Tidak ada “formula ajaib” atau program khusus yang dapat diterapkan suatu keuskupan.
Tampaknya bahwa kunci untuk membina panggilan imamat adalah dengan berdoa sebagai keluarga dan menciptakan suasana kebijaksanaan dalam komunitas paroki setempat. Orangtua tidak perlu “memaksa” putra-putra mereka untuk menjadi imam atau terus-menerus mengomel untuk memasuki seminari. Bersikap terbuka dan jujur tentang menjalani kehidupan beriman adalah karunia terbaik yang dapat diberikan oleh orang tua.
Para imam ini menunjukkan kepada kita bahwa adalah teladan dan dukungan dari orang-orang terdekat yang mengilhami para remaja putra untuk menjadi seorang imam.
Sumber: Philip Koloski/Aleteia
Penerjemah: Felicia Permata Hanggu
Comment:ingin bergabung
Memang banyak artikel inspiratif di Aleteia. Trims Felicia.