Merawat Kualitas, Mengembangkan Kapasitas

567
pastor Tibortius Agus Sriyono SJ.
[HIDUP/Yanuari Marwanto]

HIDUPKATOLIK.com – ATMI terus melebarkan sayap demi meningkatkan sekolah vokasi dan dunia industri di Tanah Air. Pemerintah menaruh harapan kepada institusi yang tahun ini berusia emas.

Berdasarkan data Dewan Pertimbangan Presiden, sekolah kejuruan mulai menyumbangkan pengangguran. Pemerintah meminta ATMI untuk ikut terlibat menanggulangi problem sosial ini. Berikut nukilan wawancara dengan Direktur Politeknik ATMI Surakarta, Romo Tibortius Agus Sriyono SJ, yang ditemui di ruang kerjanya, Rabu, 17/1:

Ke mana arah pengembangan Politeknik ATMI Surakarta?

Kami berpikir, ATMI menjadi pusat vokasi, karena problem utama bangsa ini adalah pengangguran. Dunia usaha dan industri tidak akan memilih lulusan yang tidak memiliki modal kerja yang memadai.

Pada 2017, ATMI menerima 1374 permintaan dari dunia usaha dan industri, sementara kami meluluskan 201 mahasiswa tahun lalu. Melihat banyak permintaan yang masuk, sangat jelas kami memiliki mutu yang bagus. Pemerintah juga mengakui, ATMI sebagai sebuah model lembaga pendidikan yang bermutu karena lulusannya tidak ada yang menganggur.

Dengan kualitas ATMI yang baik, kami berpikir untuk mengembangkan kapasitas lembaga ini. Misi itu sudah berjalan, antara lain kami mendirikan ATMI di Cikarang. Kami juga ikut membangun Politeknik Christo Rey, di Maumere, Flores, Nusa Tenggara Timur. Lembaga itu mewakili ATMI untuk Indonesia timur.

Kami juga ikut membangun atau mensetup pusat latihan teknik di beberapa perusahaan, seperti di PT United Can Company di Daan Mogot, Jakarta Barat dan PT Sugar Group Lampung. Kami mengembangkan vokasinya sehingga kebutuhan tenaga kerja tercukupi. Apalagi berdasarkan data Dewan Pertimbangan Presiden, sekolah kejuruan ternyata sudah ikut menyumbang pengangguran. Kami diminta untuk ikut menanggulangi. Maka yang bisa kami buat adalah mengembangkan kapasitas.

Salah satu mandat kami terima adalah membangun D4 dan S2 Terapan. Lulusan D4 itu kan tujuannya masih bisa bekerja di industri dan menjadi instruktur di Sekolah Menengah Kejuruan. Sementara S2 Terapan bisa menjadi instruktur untuk mahasiswa D3 atau D4.

Bagaimana meningkatkan mutu instruktur di sini?

Kami memberikan beasiswa pendidikan untuk tiga hingga empat instruktur setiap tahun. Kami tidak bisa mengirimkan semua instruktur, sebab jika itu terjadi, “bengkel” kami kosong. Kami beruntung setiap tahun sekitar 10-15 alumnus di sini yang bergabung dan menjadi instruktur. Sehingga kami bisa mengirim instruktur senior untuk studi lanjut.

Kehadiran dan peran alumni penting karena kami ingin menjaga kualitas. Bukan berarti, kami meremehkan lulusan perguruan lain. Kultur kami di sini adalah praktik, tentu untuk tujuan tersebut kami mengambil orang yang memiliki kultur praktik unggul dan teruji juga. Kalau non praktik, misal finansial, baru kami mengambil lulusan dari perguruan lain.

Apakah dengan keberadaan universitas yang memiliki D3 atau jurusan teknik mesin mempengaruhi calon mahasiswa yang masuk ke ATMI?

Kami masih bisa bersaing. Tapi bukan berarti kami ingin bersaing dengan universitas-universitas lain. Begini, sejak awal berdiri, kami mendeklarasikan diri sebagai sekolah vokasi. Memang tidak semua orang tertarik dengan sekolah vokasi, sama halnya juga tidak semua orang tertarik dengan universitas. Paling tidak sampai saat ini, kami masih bisa memilih jumlah pendaftar dengan yang masuk 1:3. Artinya kami memilih satu di antara tiga pendaftar.

Kapasitas di sini sekitar 234 mahasiswa, karena menyesuaikan dengan jumlah mesin. Satu mahasiswa di sini memegang satu mesin. Kalau saya mau mengejar jumlah, bisa kok satu mesin dipegang sepuluh orang, tapi tentu kualitasnya perlu dipertanyakan.

Apakah mahasiswa ATMI bisa menjadi inovator bukan melulu pekerja?

Kami sudah banyak menghasilkan inovasi. Tahun lalu, kami memenangi penghargaan Kemenristek lewat mini generator. Bila dikembangkan, generator ini bisa digunakan untuk daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau listrik. Selain itu, saat tugas akhir, mahasiswa menghasilkan berbagai produk baru.

ATMI sebagai perguruan tinggi memiliki ciri khas industri. Kami berharap kepada lulusan di sini untuk mengembangkan industri dan vokasi. Anda mungkin sulit mencari lulusan ATMI di Badan Usaha Milik Negara. Tapi Anda bisa menemukan lulusan kami di setiap industri di Tanah Air.

Kami juga memiliki mata kuliah kewirausahaan. Kami berharap, lulusan ATMI bisa menciptakan lapangan pekerjaan, bukan hanya job seeker tapi juga job creator, tujuannya adalah semangat compassion, membangun kepedulian kepada orang-orang yang masih mengangur.

Apa tantangan saat ini?

Pertama, paling terasa di Indonesia, vokasi belum dianggap terlalu penting. Kultur pendidikan kita belum sepenuhnya berpihak kepada vokasi. Kita masih banyak berkutat pada teori. Contohnya sederhana, di Indonesia belum ada S2 terapan khusus untuk las, yang ada S2 Fisika, Matematika, Kimia. Padahal yang kita butuhkan adalah spesialisasi dalam praktik. Jadi, ketiadaan sekolah tinggi yang menyediakan instruktur atau dosen spesialis praktik menjadi indikator bahwa nuansa vokasi kita belum kuat.

Kedua, ciri khas sekolah vokasi ada link dengan industri langsung. Di Indonesia belum sepenuhnya terjadi. Tidak semua industri menyediakan tempat praktik untuk anak-anak vokasi. Bersyukur di ATMI, industrinya dibangun khusus di dalam kampus, sehingga mahasiswa di sini bisa langsung praktik. Mahasiswa dibimbing langsung mentor kampus.

Jika saya tak keliru, dunia industri yang menyatu erat dengan lembaga pendidikan baru di ATMI. Maka kami menyebut pendidikan di sini berbasis produksi atau production base education and training (PBET). Mahasiswa di sini terbiasa praktik sejak awal, mengerjakan, atau memproduksi sesuatu. Agar lulusan langsung terserap ke dunia kerja maka harus punya modal kerja, antara lain mentalitas, kedisiplinan, kemampuan, dan perilaku. Itu semua terbangun lewat praktik.

Apa impian ATMI?

ATMI bisa merevitalisasi pendidikan vokasi agar bisa menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang produktif, dan meningkatkan kesejahteraan Indonesia. SDM Indonesia banyak tapi belum produktif. Misal, kita punya banyak sawah, tapi belum banyak yang mau menjadi petani. Kita juga punya banyak industri dan investor, tapi kalau dicari siapa yang mau bekerja, akan sangat sulit.

Tugas kami sebagai pendidikan vokasi adalah menyediakan SDM supaya mereka mendapatkan pekerjaan yang pantas, meningkatkan produktifitas sehingga bangsa ini menjadi sejahtera. Kami juga mau membangun kampus ketiga supaya kapasitas bertambah dan banyak anak muda yang bisa dilatih di sini. Pembangunan akan dimulai tahun ini.

Tony Sartono, Alumnus Politeknik ATMI Surakarta angkatan 11, Direktur PT Kawan Lama Sejahtera “Bekal pendidikan di ATMI sangat berguna untuk memasuki dunia kerja. Mesin-mesin yang digunakan dalam praktik di ATMI tak beda dengan dunia industri. Hal ini memberi keuntungan bagi lulusan ATMI menjadi pekerja yang siap pakai (siap bekerja).”

Aluinanto Sanjaya, Alumnus Politeknik ATMI Surakarta angkatan 5, Presiden Direktur PT Gerbang Saranabaja
“Lulusan ATMI sebenarnya dididik untuk menjadi operator mesin.Tetapi nilai-nilai yang ditanamkan di ATMI sangat berguna untuk kehidupan lebih luas”

Yanuari Marwanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini