KAMPUNG SAWAH, KAMPUNG PANCASILA

478
Bazar umat Paroki Kampung Sawah.
[HIDUP/Antonius E. Sugiyanto]

HIDUPKATOLIK.comKampung Sawah menjadi ikon Kampung Pancasila. Pekan lalu, umat Katolik di sana merayakan 120 tahun pembaptisan perdana di wilayah bercorak Betawi ini.

PADA 120 tahun silam, Kampung Sawah hanyalah jalan setapak yang membelah ribuan hektar kebun karet. Kini wajah Kampung Sawah telah berubah. Tak ada sejengkal pun kebun karet tersisa, jalan setapak pun kini telah beraspal. Nenek moyang warga Kampung Sawah yang dulunya pekerja perkebunan kini telah tiada.

Satu hal yang tak lekang adalah jejak pembaptisan pertama di Kampung Sawah. Pada 6 Oktober 1896, Romo Bernardus Schweitz SJ membaptis 18 anak Kampung Sawah. Momen itu menjadi penanda hari kelahiran Gereja Katolik Kampung Sawah.

Peringatan 15 windu pembaptisan perdana ini dirayakan dalam Misa di Gereja St Servatius, Minggu, 9/10. Nuansa Betawi begitu terasa dalam perayaan ini. Bapak-bapak yang tergabung dalam Krida Wibawa mengenakan pakaian khas Betawi, bertugas mengawal perayaan Ekaristi.

Kepala Paroki Kampung Sawah, Romo Agustinus Purwantoro SJ menyoroti Kampung Sawah sebagai Kampung Pancasila yang telah dicanangkan Walikota Bekasi dan Menteri Dalam Negeri. “Orang Kampung Sawah sebenarnya telah lama mencetuskan ‘kampung persaudaraan’. Namun tak kalah menantang adalah mengisinya terus-menerus,” ungkapnya.

[nextpage title=”KAMPUNG SAWAH, KAMPUNG PANCASILA”]

Romo Ipung melihat kreasi makanan alternatif yang disajikan umat.[Marieta Ayu T]
Romo Ipung melihat kreasi makanan alternatif yang disajikan umat.
[Marieta Ayu T]
Pemilihan Kampung Sawah sebagai model kampung persaudaraan berbasis ikatan kekerabatan orang Betawi di sana. Mereka tetap bersaudara meski berlatar belakang agama yang berbeda. “Hal ini sebenarnya adalah model yang sebaiknya tertular ke yang lain,” ujar Romo Ipung, sapaannya.

Sementara itu, Erlan Natanael, umat Betawi Kampung Sawah mengungkapkan, Kampung Sawah adalah wilayah toleran. Silaturahmi antara umat Muslim dan Katolik terjalin apik. Ia mencontohkan, setiap hari raya keagamaan seperti Lebaran dan Natal, umat di sana selalu saling mengunjungi. Mateus Nali pun menambahkan, setelah 120 tahun peristiwa pembaptisan, pemahaman umat tentang iman dan Kristus makin mendalam.

Usai Misa peringatan 120 tahun pembaptisan pertama di Kampung Sawah, umat mengikuti bazar, aneka perlombaan Bina Iman Anak dan Remaja, serta pengolahan makanan alternatif menyambut Hari Pangan Sedunia. “Ini agar umat mencintai kekayaan rohani atau potensi, termasuk kegiatan Paroki. Dengan begitu, umat dapat mengapresiasi dan semakin beriman. Seperti inilah prinsip hidup menggereja,” demikian Romo Ipung.

Antonius E. Sugiyanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini